BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Setiap peserta didik memiliki ciri khas masing – masing. Tidak ada satu pun diantara mereka yang memiliki kesamaan
secara keseluruhan termasuk dalam berfikir dan belajar. Keberagaman ini
merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi seorang pendidik untuk
diperhatikan. Untuk merangsang kegiatan
berpikir peserta didik, maka perlu diketahui apa yang dia ketahui dan bagaimana
cara mereka berpikir.
Pada banyak kasus, seorang pendidik
mengabaikan masalah perbedaan – perbedaan ini sehingga pada prosesnya terdapat
peserta didik yang tidak terpenuhi kebutuhan belajarnya. Terlebih lagi, sering
terdapat kecenderungan bagi seorang pendidik mengharapkan peserta didik
mengikuti gaya berfikirnya.
Pengabaian
keberagaman dan gaya berfikir ini memiliki dampak yang cukup besar. Dapat
dibayangkan situasi belajar macam apa yang dialami peserta didik yang gaya
berfikirnya tidak dipahami oleh pendidiknya. Sehingga sangat penting bagi
seorang pendidik untuk mengenal gaya berfikir dan keberagaman peserta didik.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud gaya berfikir?
2.
Bagaimana
macam gaya berfikir secara umum?
3.
Bagaimana
keberagaman peserta didik?
C. Tujuan
1.
Mengetahui
yang dimaksud gaya berfikir.
2.
Mengetahui
macam gaya berfikir secara umum.
3.
Mengetahui
keberagaman peserta didik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengartian
Gaya Berfikir
Gaya berpikir merupakan cara yang
dipilih seseorang untuk menggunakan kemampuannya (Sternberg, 1997 dalam
Santrock, 2004). Sementara Taylor dkk (1977:55) mendefinisikan
berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan (Thinking is an inferring
process). Berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan dari persoalan yang
dipahami yang kemudian mampu menemukan pemecahan persoalan itu sehingga
menghasilkan kesimpulan dan temuan baru. Tentunya, penarikan kesimpulan dalam
proses berpikir ini dipengaruhi rekayasa dan manipulasi data-data dan atau
pengertian-pengertian yang tersimpan dalam long term memori seseorang.
B . Macam
– Macam Gaya Berfikir
Terdapat
beberapa jenis gaya berfikir, yaitu:
1. Gaya impulsif
ataukah reflektif
Gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo
konseptual, yakni siswa cenderung gaya belajar dan berpikirbertindak cepat dan
impulsif ataukah menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan
akurasi dari suatu jawaban (Kagan, 1965 dalam Santrock ,2004:156). Siswa yang
impulsif seringkali lebih banyak melakukan kesalahan daripada siswa bergaya
reflektif.
Riset tentang gaya ini telah memberi pengaruh besar terhadap kegiatan
pendidikan (Jonassen dan Grabowski, 1993 dalam Santrock, 2004:156). Dibandingkan
siswa yang impulsif, siswa yang reflektif lebih banyak melakukan hal-hal
berikut:
· mengingat
informasi yang terstruktur
·
membaca dengan
memhami dan mengiterpretasi teks
· memecahkan
problem dan membuat keputusan
·
lebih mungkin
menentukan sendiri tujuan belajar
· lebih mungkin
berkosentrasi terhadap informasi yang relefan
Standar kinerja
siswa reflektif biasanya lebih tinggi daripada standar kinerja siswa impulsif.
Walaupun demikian, ada juga siswa yang bisa cepat belajar secara tepat dan
cepat mengambil keputusan sendiri. Sebenarnya dia reflektif, namun dukungan
inteligensi yang tinggi membuatnya cepat bereaksi, berkesan impulsif.
Bereaksi cepat
adalah strategi buruk hanya jika
jawaban/kesimpulan yang dihasilkan salah. Jika benar, malah itu yang lebih
baik. Kadang-kadang gaya reflektif terlalu lama berkutat dengan memikirkan
suatu persoalan yang bisa saja tak terpecahkan dan berakibat menambah beban
belajar. Guru tetap mendorong siswa seperti ini untuk tetap reflektif namun
harus mencapai jawaban akhir.
Cara mengatasi anak yang impulsif:
·
Identifikasi
siswa yang impulsif
·
Dorong mereka
agar meluangkan lebih banyak waktu untuk berpikir sebelum memberikan jawaban
·
Dorong mereka
untuk menandai informasi baru saat mereka membahasnya
·
Jadilah guru
bergaya reflektif
·
Bantu siswa
untuk menentukan standar tinggi bagi kinerjanya
·
Hargai siswa
impulsif yang mau meluangkan banyak waktu untuk berpikir. Beri pujian untuk
peningkatan kinerjanya
·
Bimbing murid
untuk menyusun sendiri rencana guna mengurangi impulsivitas
2. Gaya mendalam
ataukah dangkal
Gaya belajar
mendalam adalah sejauh mana siswa mempelajari materi pelajaran dengan satu cara
untuk membantu mereka memahami makna materi tersebut (gaya mendalam). Gaya belajar dangkal adalah sekadar mencari apa-apa
yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal).
Gaya dangkal tidak dapat mengaitkan apa-apa
yang mereka pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Seringkali hanya mengingat informasi dan
bersikap pasif. Sedangkan pelajar mendalam
(deep learner) lebih mungkin untuk
secara aktif memahami apa-apa yang mereka pelajari dan memberi makna pada apa
yang perlu diingat.
Jadi, pelajar
mendalam menggunakan pendekatan kostruktivis dalam belajarnya. Deep learner
lebih banyak memotivasi dirinya sendiri, sedangkan pelajar dangal (surface learner) lebih termotivasi jika
ada penghargaan dari luar, misalnya pujian dan tanggapan positif dari guru
(Snow, Corno, dan Jackson, 1996 dalam Santrock, 2004:157)
Strategi
pembelajaran untuk gaya belajar dangkal
agar belajar mendalam:
- Identifikasi siswa bertype surface learner
- Beritahu mereka bahwa ada yang lebih penting dari sekadar mengingat materi. Rangsang mereka untuk menghubungkan materi pelajaran sekarang dengan apa yang mereka pelajari sebelumnya.
- Ajukan pertanyaan/beri tugas yang mensyaratkan untuk menyesuaikan informasi dengan kerangka materi belajar yang lebih luas
- Jadilah model yang memproses informasi secara mendalam, bukan sekedar memberi informasi. Bahas topic pelajaran secara mendetail/mendalam
- Jangan menggunakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban ya atau tidak
C.
Keberagaman Peserta Didik
Keragaman
adalah beragam, banyak jenis, rupa-rupa dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud
dengan siswa yaitu peserta didik pada suatu lembaga yang disebut dengan
sekolah. Maka dapat disimpulkan bahwa keragaman siswa merupakan rupa-rupa siswa
yang dibentuk oleh pribadi dan lingkungan. Keragaman budaya dan identitas individu
dapat dilihat dari kelas sosial, kebangsaan, ras, kelompok etnis, kemampuan dan
kecerdasan, agama, wilayah geografis, dan gender.
1. Keberagaman
Status Sosial
Yang sering membedakan seorang siswa dengan siswa lainnya adalah kelas sosial
yang didefinisikan sebagai status sosioekonomi berdasar penghasilan, pekerjaan,
pendidikan, dan lain sebagainya. Sekolah merupakan lembaga kelas menengah yang
berfungsi sebagai pelebur komunitas kaya dan miskin sehingga tidak terlihat
adanya kesenjangan status sosial. Sebagai seorang pendidik, guru harus mampu
berdiri di tengah, dan memdidik seluruh siswa untuk saling menghargai satu sama
lainnya.
2. Suku dan Ras
Suku dan ras dalam suatu bangsa dapat berpengaruh terhadap pengalaman
sekolah siswa. Suku bangsa adalah sejarah, budaya, dan rasa identitas yang
dimiliki bersama oleh sekelompok orang, sedangkan yang dimaksud dengan ras itu
sendiri adalah karakteristik genetik individu yang terlihat jelas yang
mengakibatkan mereka dipandang sebagai anggota kelompok besar yang sama. Faktorpenentu
utama budaya yang dimana siswa akan dibesarkan adalah asal-usul etnis mereka.
Maka karakter yang terbentuk beragam pula.
3. Kemampuan dan
kecerdasan
Manusia
diciptakan dan dilengkapi dengan kecerdasan yang memiliki kemampuan luar biasa,
yang tidak dimiliki oleh makhluk lain dan kecerdasan sebagai suatu kemampuan
ini pulalah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya dimuka bumi ini.
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari
bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori
tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol
pada tahun 1951. Teori ini bertujuan untuk
mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap
siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Howard Gardner (1993)
menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki
banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk
masa depan seseorang.
Kecerdasan didefinisikan sebagai bakat umum untuk
belajar, yang sering diukur berdasarkan kemampuan menghadapi abstraksi dan
memecahkan masalah. Dalam teori Gardner terdapat beberapa jenis kecerdasan
seseorang, diantaranya :
·
Bahasa
Kecerdasan bahasa, menunjukkan
kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara
tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan
gagasan-gagasannya.
- Logika-Matematika
Kecerdasan
matematika-logika, menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara
induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis
pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan
berpikir.
- Music
Kecerdasan musikal, menunjukkan
kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di
sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama.
- Tubuh-Kinestetika
Kecerdasan kinestetik, menunjukkan
kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh
tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.
- Alam (naturalis)
Kecerdasan naturalis, menunjukkan
kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam.
- Antar Pribadi(Interpersonal)
Kecerdasan interpersonal, menunjukkan
kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain.
- Intra Pribadi
Kecerdasan intrapersonal, Kecerdasan
intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan
dirinya sendiri.
kemampuan untuk
mengindera dunia secara akurat dan menciptakan kembali atau mengubah aspek-aspek
dunia tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
·
Gaya
berpikir merupakan cara yang dipilih seseorang untuk menggunakan kemampuannya
dalam memecahkan sebuah masalah dan mengambil kesimpulan.
·
Gaya berfikir
impulsif dalah cenderungan gaya belajar
dan berpikir bertindak cepat dan impulsif.
·
Gata berfikir
reflektif adalah gaya belajar siswa yang
menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari
suatu jawaban.
·
Gaya belajar
mendalam adalah sejauh mana siswa mempelajari materi pelajaran dengan satu cara
untuk membantu mereka memahami makna materi tersebut (gaya mendalam).
·
Gaya belajar dangkal
adalah sekadar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal).
·
Keragaman siswa
merupakan rupa-rupa siswa yang dibentuk oleh pribadi dan lingkungan.
·
Keragaman
budaya dan identitas individu dapat dilihat dari kelas sosial, kebangsaan, ras,
kelompok etnis, kemampuan dan kecerdasan, agama, wilayah geografis, dan gender.
B. Saran
·
Seorang
pendidik harus memahami cara berfikir siswa, untuk mempermudah proses belajar
mengajar.
·
Guru sebagai
pendidik tidak seharusnya memaksakan gaya berfikirnya terhadap peserta didik.
·
Sebagai seorang
pendidik, sangat diwajibkan bagi seorang guru mengenali semua ciri yang ada di
dalam diri siswa. Ia harus mampu bertindak untuk menghindarkan hambatan yang
disebakan oleh keberagaman tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
·
https://derafitria.wordpress.com/2012/09/29/keragaman-siswa/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar