Rabu, 25 Maret 2015

Psikologi Pendidikan ( Gaya Berfikir )

BAB I
PENDAHULUAN

     A.  Latar Belakang
Setiap peserta didik memiliki ciri khas masing – masing. Tidak ada satu pun diantara mereka yang memiliki kesamaan secara keseluruhan termasuk dalam berfikir dan belajar. Keberagaman ini merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi seorang pendidik untuk diperhatikan. Untuk merangsang kegiatan berpikir peserta didik, maka perlu diketahui apa yang dia ketahui dan bagaimana cara mereka berpikir.
Pada banyak kasus, seorang pendidik mengabaikan masalah perbedaan – perbedaan ini sehingga pada prosesnya terdapat peserta didik yang tidak terpenuhi kebutuhan belajarnya. Terlebih lagi, sering terdapat kecenderungan bagi seorang pendidik mengharapkan peserta didik mengikuti gaya berfikirnya.
Pengabaian keberagaman dan gaya berfikir ini memiliki dampak yang cukup besar. Dapat dibayangkan situasi belajar macam apa yang dialami peserta didik yang gaya berfikirnya tidak dipahami oleh pendidiknya. Sehingga sangat penting bagi seorang pendidik untuk mengenal gaya berfikir dan keberagaman peserta didik.

    B.  Rumusan Masalah
1.     Apa yang dimaksud gaya berfikir?
2.    Bagaimana macam gaya berfikir secara umum?
3.    Bagaimana keberagaman peserta didik?

    C.  Tujuan
1.     Mengetahui yang dimaksud gaya berfikir.
2.    Mengetahui macam gaya berfikir secara umum.
3.    Mengetahui keberagaman peserta didik.




BAB II
PEMBAHASAN
       A.  Pengartian Gaya Berfikir
Gaya berpikir merupakan cara yang dipilih seseorang untuk menggunakan kemampuannya (Sternberg, 1997 dalam Santrock, 2004). Sementara Taylor dkk (1977:55) mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan (Thinking is an inferring process). Berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan dari persoalan yang dipahami yang kemudian mampu menemukan pemecahan persoalan itu sehingga menghasilkan kesimpulan dan temuan baru. Tentunya, penarikan kesimpulan dalam proses berpikir ini dipengaruhi rekayasa dan manipulasi data-data dan atau pengertian-pengertian yang tersimpan dalam long term memori seseorang.

    B .  Macam – Macam Gaya Berfikir
Terdapat beberapa jenis gaya berfikir, yaitu:
1.  Gaya impulsif ataukah reflektif
Gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni siswa cenderung gaya belajar dan berpikirbertindak cepat dan impulsif ataukah menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban (Kagan, 1965 dalam Santrock ,2004:156). Siswa yang impulsif seringkali lebih banyak melakukan kesalahan daripada siswa bergaya reflektif.
Riset tentang gaya ini telah memberi pengaruh besar terhadap kegiatan pendidikan (Jonassen dan Grabowski, 1993 dalam Santrock, 2004:156). Dibandingkan siswa yang impulsif, siswa yang reflektif lebih banyak melakukan hal-hal berikut:
·    mengingat informasi yang terstruktur
·     membaca dengan memhami dan mengiterpretasi teks
·      memecahkan problem dan membuat keputusan
·       lebih mungkin menentukan sendiri tujuan belajar
·       lebih mungkin berkosentrasi terhadap informasi yang relefan 
         
Standar kinerja siswa reflektif biasanya lebih tinggi daripada standar kinerja siswa impulsif. Walaupun demikian, ada juga siswa yang bisa cepat belajar secara tepat dan cepat mengambil keputusan sendiri. Sebenarnya dia reflektif, namun dukungan inteligensi yang tinggi membuatnya cepat bereaksi, berkesan impulsif.
Bereaksi cepat adalah strategi  buruk hanya jika jawaban/kesimpulan yang dihasilkan salah. Jika benar, malah itu yang lebih baik. Kadang-kadang gaya reflektif terlalu lama berkutat dengan memikirkan suatu persoalan yang bisa saja tak terpecahkan dan berakibat menambah beban belajar. Guru tetap mendorong siswa seperti ini untuk tetap reflektif namun harus mencapai jawaban akhir.

Cara mengatasi anak yang impulsif:
·         Identifikasi siswa yang impulsif
·         Dorong mereka agar meluangkan lebih banyak waktu untuk berpikir sebelum memberikan jawaban
·         Dorong mereka untuk menandai informasi baru saat mereka membahasnya
·         Jadilah guru bergaya reflektif
·         Bantu siswa untuk menentukan standar tinggi bagi kinerjanya
·         Hargai siswa impulsif yang mau meluangkan banyak waktu untuk berpikir. Beri pujian untuk peningkatan kinerjanya
·         Bimbing murid untuk menyusun sendiri rencana guna mengurangi impulsivitas

2.  Gaya mendalam ataukah dangkal
Gaya belajar mendalam adalah sejauh mana siswa mempelajari materi pelajaran dengan satu cara untuk membantu mereka memahami makna materi tersebut (gaya mendalam). Gaya belajar dangkal adalah sekadar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal).
 Gaya dangkal tidak dapat mengaitkan apa-apa yang mereka pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas.  Seringkali hanya mengingat informasi dan bersikap pasif. Sedangkan  pelajar mendalam (deep learner) lebih mungkin untuk secara aktif memahami apa-apa yang mereka pelajari dan memberi makna pada apa yang perlu diingat.
Jadi, pelajar mendalam menggunakan pendekatan kostruktivis dalam belajarnya. Deep learner lebih banyak memotivasi dirinya sendiri, sedangkan pelajar dangal (surface learner) lebih termotivasi jika ada penghargaan dari luar, misalnya pujian dan tanggapan positif dari guru (Snow, Corno, dan Jackson, 1996 dalam Santrock, 2004:157)


Strategi pembelajaran untuk gaya belajar  dangkal agar belajar mendalam:
  • Identifikasi siswa bertype surface learner
  • Beritahu mereka bahwa ada yang lebih  penting dari sekadar mengingat materi. Rangsang mereka untuk menghubungkan materi pelajaran sekarang dengan apa yang mereka pelajari sebelumnya.
  • Ajukan pertanyaan/beri tugas yang mensyaratkan untuk menyesuaikan informasi dengan kerangka materi belajar yang lebih luas
  • Jadilah model yang memproses informasi secara mendalam, bukan sekedar memberi informasi. Bahas topic pelajaran secara mendetail/mendalam
  • Jangan menggunakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban ya atau tidak
    C.  Keberagaman Peserta Didik
Keragaman adalah beragam, banyak jenis, rupa-rupa dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan siswa yaitu peserta didik pada suatu lembaga yang disebut dengan sekolah. Maka dapat disimpulkan bahwa keragaman siswa merupakan rupa-rupa siswa yang dibentuk oleh pribadi dan lingkungan. Keragaman budaya dan identitas individu dapat dilihat dari kelas sosial, kebangsaan, ras, kelompok etnis, kemampuan dan kecerdasan, agama, wilayah geografis, dan gender.                                                               
   1.  Keberagaman Status Sosial
Yang sering membedakan seorang siswa dengan siswa lainnya adalah kelas sosial yang didefinisikan sebagai status sosioekonomi berdasar penghasilan, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Sekolah merupakan lembaga kelas menengah yang berfungsi sebagai pelebur komunitas kaya dan miskin sehingga tidak terlihat adanya kesenjangan status sosial. Sebagai seorang pendidik, guru harus mampu berdiri di tengah, dan memdidik seluruh siswa untuk saling menghargai satu sama lainnya.
   2.  Suku dan Ras
Suku dan ras dalam suatu bangsa dapat berpengaruh terhadap pengalaman sekolah siswa. Suku bangsa adalah sejarah, budaya, dan rasa identitas yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang, sedangkan yang dimaksud dengan ras itu sendiri adalah karakteristik genetik individu yang terlihat jelas yang mengakibatkan mereka dipandang sebagai anggota kelompok besar yang sama. Faktorpenentu utama budaya yang dimana siswa akan dibesarkan adalah asal-usul etnis mereka. Maka karakter yang terbentuk beragam pula.
   3.  Kemampuan dan kecerdasan
Manusia diciptakan dan dilengkapi dengan kecerdasan yang memiliki kemampuan luar biasa, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain dan kecerdasan sebagai suatu kemampuan ini pulalah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya dimuka bumi ini. Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Teori ini bertujuan untuk  mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang.
Kecerdasan didefinisikan sebagai bakat umum untuk belajar, yang sering diukur berdasarkan kemampuan menghadapi abstraksi dan memecahkan masalah. Dalam teori Gardner terdapat beberapa jenis kecerdasan seseorang, diantaranya :
·         Bahasa
Kecerdasan bahasa, menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya.
  • Logika-Matematika
Kecerdasan matematika-logika, menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir.
  • Music
Kecerdasan musikal, menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama.
  • Tubuh-Kinestetika
Kecerdasan kinestetik, menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.


  • Alam (naturalis)
Kecerdasan naturalis, menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam.
  • Antar Pribadi(Interpersonal)
Kecerdasan interpersonal, menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain.
  • Intra Pribadi
Kecerdasan intrapersonal, Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri.
·         Kecerdasan Visual dan Kecerdasan Spasial
kemampuan untuk mengindera dunia secara akurat dan menciptakan kembali atau mengubah aspek-aspek dunia tersebut.



BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
·         Gaya berpikir merupakan cara yang dipilih seseorang untuk menggunakan kemampuannya dalam memecahkan sebuah masalah dan mengambil kesimpulan.
·         Gaya berfikir impulsif  dalah cenderungan gaya belajar dan berpikir bertindak cepat dan impulsif.
·         Gata berfikir reflektif  adalah gaya belajar siswa yang menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban.
·         Gaya belajar mendalam adalah sejauh mana siswa mempelajari materi pelajaran dengan satu cara untuk membantu mereka memahami makna materi tersebut (gaya mendalam).
·         Gaya belajar dangkal adalah sekadar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal).
·         Keragaman siswa merupakan rupa-rupa siswa yang dibentuk oleh pribadi dan lingkungan.
·         Keragaman budaya dan identitas individu dapat dilihat dari kelas sosial, kebangsaan, ras, kelompok etnis, kemampuan dan kecerdasan, agama, wilayah geografis, dan gender.

B.  Saran
·         Seorang pendidik harus memahami cara berfikir siswa, untuk mempermudah proses belajar mengajar.
·         Guru sebagai pendidik tidak seharusnya memaksakan gaya berfikirnya terhadap peserta didik.
·         Sebagai seorang pendidik, sangat diwajibkan bagi seorang guru mengenali semua ciri yang ada di dalam diri siswa. Ia harus mampu bertindak untuk menghindarkan hambatan yang disebakan oleh keberagaman tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

·        https://derafitria.wordpress.com/2012/09/29/keragaman-siswa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Malay atau Jerman :)

Hallo Liebe Gruesse aus Deutschland ( Jerman )   Saya Lulusan Unimed Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman tahun 2016. Biasanya orang bakal baha...