BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1. Pengertian cinta
Kata cinta berasal dari bahasa sansekerta yaitu “citta” yang berarti cita-cita dan diartikan sebagai pikiran yang jauh kedepan.Ada juga yang mengartikan sebagai cipta yaitu hasil sebuah pikiran, sedangkan cinta itu sendri diartikan sebagai pikiran yang tinggi dan menimbulkan suatu semangat.cinta yang berfase dalam kehidupan manusia yaitu agape (kasih ilahi),philia(kasih bersaudaraan),eros(rasa ingin memiliki),storge (hubungan darah).
Cinta dalah suatu perasaan yang biasa ditandai secara fisik.Biasanya tidak dapat tidur karena terbayang terus pada seseorang yang dicintainya. Perasaan itu menimbulkan suatu sensasi yang luar biasa.Sensasi yang menimbulkan sikap positif namun sebalikannya, bisa berakibat pada hal yang negative kalau seseorangtersebut tidak mampu mengontrol dan mengatur dalam hidupnyadengan baik.Sebenarnya cinta itu timbul setelah kita memiliki rasa ingin untuk berpasangan dan ketika kita mencoba suatu sentuhan lembut dari pasangan kita.
Dasar cinta menurut firman Tuhan adalah memandang suatu cinta. Ukurannya tidak telepas dari standar cinta Allah yang terdapat didalam 1 kor 13:4-3.Dalam cinta itu ada satu rasa sabar dan nafsu tidak sabar(kej.29:18,20),tidak cemburu, tidak melakukan yang tidak sopan(respek) dan nafsu itu bisa di wujudkan dalam sikap merayu dan bahkan kadang memaksa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian pacaran menurut Alkitab?
2. Bagaimana Pacaran yang Romantis tetapi tidak free sex di dalam Kristen?
3. Apakah isi dari hukum taurat Allah yang ke-7?
4. Apa maksudnya cinta sekuat maut dalam Kidung Agung 8:6 ?
5. Mengapa orang patah hati dan Bagaimana cara mengatasi patah hati?
6. Bagaimana pasangan yang sepadan?
3. Apakah isi dari hukum taurat Allah yang ke-7?
4. Apa maksudnya cinta sekuat maut dalam Kidung Agung 8:6 ?
5. Mengapa orang patah hati dan Bagaimana cara mengatasi patah hati?
6. Bagaimana pasangan yang sepadan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Apakah pengertian pacaran menurut Alkitab.
2. Mengetahui Bagaimana Pacaran Romantis tetapi tidak free sex di dalam Kristen.
3. Mengetahui Apakah isi dari hukum taurat Allah yang ke-7.
4. Mengetahui Apa maksudnya cinta sekuat maut dalam Kidung Agung 8:6.
5. Mengetahui Mengapa orang patah hati dan Bagaimana cara mengatasi patah hati.
6. Mengetahui Bagaimana pasangan yang sepadan.
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pacaran
Pacaran adalah proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis, mereka harus mengetahui terlebih kasih Allah sebagai pencipta manusia, sehingga ia dapat mewujudkan cinta yang telah ia dapat kepada sesamanya. Bahkan, ia mengaplikasikan kesetiaan yang ia dapat dari kasih setia Allah. Karena Allah sendiri mengkehendaki anak-anak-Nya untuk saling mengasihi dan mengerjakan segala perintah Allah. Sepanjang Alkitab, mulai dari Kitab Kejadian sampai Kitab Wahyu, tidak pernah ditemukan tentang arti kata "pacaran", walaupun beberapa orang menyebut bahwa pacaran adalah sebuah proses sebelum menuju atau memasuki jenjang pernikahan. Faktanya, Alkitab tidak pernah menuliskan tentang kata "pacaran".
Namun, Alkitab menuliskan sebuah ulasan yang indah tentang persahabatan.Dalam persahabatan, kita bisa mengasihi dan kita bisa juga bersahabat dengan seorang pria atau wanita.Tidak jarang dari persahabatan muncullah rasa suka, tertarik, dan menyayangi, sekalipun dengan sahabat kita yang lawan jenis. Berangkat dari definisi istilah tersebut, pacaran selalu dikaitkan dengan hal-hal yang bisa membangkitkan hawa nafsu seperti berciuman, berpelukan, atau bermesra-mesraan. Oleh karena itu, Alkitab telah mengingatkan kita bahwa hidup kita adalah bait Roh Kudus, sehingga kita harus menjaga kekudusan hidup, melakukan apa yang benar dan mulia, dan memikirkan hal-hal yang bijak.
Di dalam Alkitab, Tuhan memang tidak menetapkan secara jelas mengenai hal berpacaran. Akan tetapi, firman Tuhan memberikan standarisasi hidup yang harus kita lakukan sebagai pemuda-pemudi Kristen yang memiliki identitas Kristus, yaitu:
1. Tubuh kita adalah bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19)
2. Melakukan yang benar, sebab tidak semua hal berguna bagi hidup kita (1 Korintus 6:12).
3. Hidup kudus dan menjaga kekudusan hidup (1 Petrus 1:15) 4. Menjauhi percabulan (1 Tesalonika 4:3).
2.2. Pacaran Yang Romantis
Pacaran merupakan sebagai tahap membentuk pribadi, atau belajar mempelajari sikap lawan jenis, juga belajar bagaimana dalam menghadapi masalah dalam suatu hubungan, dan bagaimana cara kita menyelasaikan masalah itu. Dalam berpacaran diperlukan restu dari orang tua, karena orang tua merupakanwali Tuhan didunia dan orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi kita.Kemesraan perlu dalam berpacaran.Hal inilah yang membedakan berpacaran dengan persahabatan.Kekristenan tidak mengenal TTM. Dalam kemesraan terdapat 2 sisi , yaitu sisi positif dan sisi negatif.
Positif: kemesraan menumbuhkan rasa dekat, intim, merasa diperlukan dan memerlukan dan memperkuat rasa kasih sayang/ cinta satu dengan yang lain.Keintiman adalah rasa cinta dan sayang secara fisik.Kemesraan bisa dilakukan dalam batas-batas etika dan moral.Keintiman hanya dapat dilakukan dalam hal rumah tangga.
Negatif: memfokuskan pada hal-hal seks.Kemesraan dalam Kristen bukan berarti freeseks. Freeseks merupakan perzinahan. Gaya berpacaran romantis dengan freeseks tidak akan bertahan lama dan menimbulkan konflik batin pada pasangan tersebut. Si pria akan berkata” dia tidak suka padaku., dia tidak sayang padaku,…” Si wanita akan berkata “cinta nafsu, dia tidak mengasihiku” dan akhirnya putus.Kalau wanita “ mau” maka laki laki akan berkata “bukan istri yang baik terlalu mudah/murah”.Si wanita akan berkata “ dia bukan calon ayah yang baik, suka mengumbar nafsu”. Tapi ada juga pria dan wanita yang mempertahankan gaya berpacaran seperti ini sebagai “hiburan”. Orang yang menunjukkan kemesraan dalam berpacaran dengan freeseks adalah orang yang memiliki pandangan yang salah tentang seks. Kenikmatan seksual merupakan sebagian dari rencana Allah hanya dilakukan oleh suami istri.Kenikmatan hubungan seks diluar hubungan suami istri adalah pelanggaran (Ul. 22:13-30). Tanpa pacaran kudus tidak ada mungkin pernikahan kudus. Seks diluar pernikahan itu dosa besar, sekalipun nikmat.
Sebagai anak muda, merupakan hal yang wajar apabila kita memiliki ketertarikan kepada lawan jenis, atau mungkin menjalin hubungan dengan seseorang sebagai pacar kita.Tuhan menciptakan kita sebagai makhluk yang memiliki rasa saling mengasihi.Tujuannya adalah supaya kita dapat saling mengasihi, baik mengasihi Tuhan, keluarga, kerabat, teman, dan pasangan (pacar). Namun, ketika kita berpacaran, bukan berarti kita memiliki kebebasan untuk melakukan apa pun yang kita mau. Saat ini, banyak anak muda yang salah mengartikan arti cinta dalam berpacaran.Saat ini, cinta sering dihubung-hubungkan dengan berpelukan, ciuman, bahkan melakukan hubungan yang sepantasnya dilakukan oleh pasangan suami istri.Akibatnya, tidak sedikit anak-anak muda yang jatuh dalam dosa percabulan. Firman Tuhan dalam Efesus 5:2-3, 8 telah berbicara banyak kepada kita.
Tuhan mengatakan bahwa sebagai manusia, kita harus saling mengasihi karena Yesus telah mengajarkan dan memberikan teladan kepada kita tentang kasih.Namun, ketika kita mengasihi seseorang sebagai pacar, kita harus bisa membedakan mana wujud kasih yang benar dan yang tidak benar menurut Alkitab. Orang-orang dunia yang tidak mengenal Yesus sering menghubungkan cinta dengan ciuman, pelukan, seks, dan hal-hal lain yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Namun, tidak demikian dengan kita. Alkitab mengajarkan bahwa kasih itu sabar, murah hati,tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, dan masih banyak lagi seperti yang tertulis dalam 1 Korintus 13:4-7. Seperti itulah kasih yang diharapkan oleh Tuhan Yesus. Sebelum mengenal Yesus, kita memang merupakan anak-anak yang masih tinggal dalam kegelapan karena kita belum mengetahui tentang kebenaran. Namun sekarang, kita adalah anak-anak kudus oleh karena pengorbanan Yesus di kayu salib. Yesus ingin kita hidup sebagai anak-anak terang di dunia ini. Terang itu bisa kita tunjukkan melalui perbuatan kita sehari-hari,yaitu perbuatan yang sesuai dengan firman Tuhan ketika kita menjalin hubungan dengan lawan jenis.
Aplikasi
1. Tuhan melarang kita memilih pacar/pasangan hidup yang tidak seiman.
2. Tujuan pacaran adalah persiapan menuju pernikahan.
Aksi
1. Bagi yang belum punya pacar: berdoalah sungguh-sungguh kepada Tuhan untuk memohon hikmat sebelum mengambil keputusan untuk berpacaran, agar kamu mempunyai motivasi yang benar.
2. Bagi yang sudah punya pacar: bersyukur untuk pacar (seiman) yangkamu miliki, belajar untuk setia dan mengasihinya dengan kasih yang murni.
3. Bertekad/berjuang untuk menjaga kekudusan hidup dan menjauhi nafsu orang muda.
1. Mengetahui Apakah pengertian pacaran menurut Alkitab.
2. Mengetahui Bagaimana Pacaran Romantis tetapi tidak free sex di dalam Kristen.
3. Mengetahui Apakah isi dari hukum taurat Allah yang ke-7.
4. Mengetahui Apa maksudnya cinta sekuat maut dalam Kidung Agung 8:6.
5. Mengetahui Mengapa orang patah hati dan Bagaimana cara mengatasi patah hati.
6. Mengetahui Bagaimana pasangan yang sepadan.
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pacaran
Pacaran adalah proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis, mereka harus mengetahui terlebih kasih Allah sebagai pencipta manusia, sehingga ia dapat mewujudkan cinta yang telah ia dapat kepada sesamanya. Bahkan, ia mengaplikasikan kesetiaan yang ia dapat dari kasih setia Allah. Karena Allah sendiri mengkehendaki anak-anak-Nya untuk saling mengasihi dan mengerjakan segala perintah Allah. Sepanjang Alkitab, mulai dari Kitab Kejadian sampai Kitab Wahyu, tidak pernah ditemukan tentang arti kata "pacaran", walaupun beberapa orang menyebut bahwa pacaran adalah sebuah proses sebelum menuju atau memasuki jenjang pernikahan. Faktanya, Alkitab tidak pernah menuliskan tentang kata "pacaran".
Namun, Alkitab menuliskan sebuah ulasan yang indah tentang persahabatan.Dalam persahabatan, kita bisa mengasihi dan kita bisa juga bersahabat dengan seorang pria atau wanita.Tidak jarang dari persahabatan muncullah rasa suka, tertarik, dan menyayangi, sekalipun dengan sahabat kita yang lawan jenis. Berangkat dari definisi istilah tersebut, pacaran selalu dikaitkan dengan hal-hal yang bisa membangkitkan hawa nafsu seperti berciuman, berpelukan, atau bermesra-mesraan. Oleh karena itu, Alkitab telah mengingatkan kita bahwa hidup kita adalah bait Roh Kudus, sehingga kita harus menjaga kekudusan hidup, melakukan apa yang benar dan mulia, dan memikirkan hal-hal yang bijak.
Di dalam Alkitab, Tuhan memang tidak menetapkan secara jelas mengenai hal berpacaran. Akan tetapi, firman Tuhan memberikan standarisasi hidup yang harus kita lakukan sebagai pemuda-pemudi Kristen yang memiliki identitas Kristus, yaitu:
1. Tubuh kita adalah bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19)
2. Melakukan yang benar, sebab tidak semua hal berguna bagi hidup kita (1 Korintus 6:12).
3. Hidup kudus dan menjaga kekudusan hidup (1 Petrus 1:15) 4. Menjauhi percabulan (1 Tesalonika 4:3).
2.2. Pacaran Yang Romantis
Pacaran merupakan sebagai tahap membentuk pribadi, atau belajar mempelajari sikap lawan jenis, juga belajar bagaimana dalam menghadapi masalah dalam suatu hubungan, dan bagaimana cara kita menyelasaikan masalah itu. Dalam berpacaran diperlukan restu dari orang tua, karena orang tua merupakanwali Tuhan didunia dan orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi kita.Kemesraan perlu dalam berpacaran.Hal inilah yang membedakan berpacaran dengan persahabatan.Kekristenan tidak mengenal TTM. Dalam kemesraan terdapat 2 sisi , yaitu sisi positif dan sisi negatif.
Positif: kemesraan menumbuhkan rasa dekat, intim, merasa diperlukan dan memerlukan dan memperkuat rasa kasih sayang/ cinta satu dengan yang lain.Keintiman adalah rasa cinta dan sayang secara fisik.Kemesraan bisa dilakukan dalam batas-batas etika dan moral.Keintiman hanya dapat dilakukan dalam hal rumah tangga.
Negatif: memfokuskan pada hal-hal seks.Kemesraan dalam Kristen bukan berarti freeseks. Freeseks merupakan perzinahan. Gaya berpacaran romantis dengan freeseks tidak akan bertahan lama dan menimbulkan konflik batin pada pasangan tersebut. Si pria akan berkata” dia tidak suka padaku., dia tidak sayang padaku,…” Si wanita akan berkata “cinta nafsu, dia tidak mengasihiku” dan akhirnya putus.Kalau wanita “ mau” maka laki laki akan berkata “bukan istri yang baik terlalu mudah/murah”.Si wanita akan berkata “ dia bukan calon ayah yang baik, suka mengumbar nafsu”. Tapi ada juga pria dan wanita yang mempertahankan gaya berpacaran seperti ini sebagai “hiburan”. Orang yang menunjukkan kemesraan dalam berpacaran dengan freeseks adalah orang yang memiliki pandangan yang salah tentang seks. Kenikmatan seksual merupakan sebagian dari rencana Allah hanya dilakukan oleh suami istri.Kenikmatan hubungan seks diluar hubungan suami istri adalah pelanggaran (Ul. 22:13-30). Tanpa pacaran kudus tidak ada mungkin pernikahan kudus. Seks diluar pernikahan itu dosa besar, sekalipun nikmat.
Sebagai anak muda, merupakan hal yang wajar apabila kita memiliki ketertarikan kepada lawan jenis, atau mungkin menjalin hubungan dengan seseorang sebagai pacar kita.Tuhan menciptakan kita sebagai makhluk yang memiliki rasa saling mengasihi.Tujuannya adalah supaya kita dapat saling mengasihi, baik mengasihi Tuhan, keluarga, kerabat, teman, dan pasangan (pacar). Namun, ketika kita berpacaran, bukan berarti kita memiliki kebebasan untuk melakukan apa pun yang kita mau. Saat ini, banyak anak muda yang salah mengartikan arti cinta dalam berpacaran.Saat ini, cinta sering dihubung-hubungkan dengan berpelukan, ciuman, bahkan melakukan hubungan yang sepantasnya dilakukan oleh pasangan suami istri.Akibatnya, tidak sedikit anak-anak muda yang jatuh dalam dosa percabulan. Firman Tuhan dalam Efesus 5:2-3, 8 telah berbicara banyak kepada kita.
Tuhan mengatakan bahwa sebagai manusia, kita harus saling mengasihi karena Yesus telah mengajarkan dan memberikan teladan kepada kita tentang kasih.Namun, ketika kita mengasihi seseorang sebagai pacar, kita harus bisa membedakan mana wujud kasih yang benar dan yang tidak benar menurut Alkitab. Orang-orang dunia yang tidak mengenal Yesus sering menghubungkan cinta dengan ciuman, pelukan, seks, dan hal-hal lain yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Namun, tidak demikian dengan kita. Alkitab mengajarkan bahwa kasih itu sabar, murah hati,tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, dan masih banyak lagi seperti yang tertulis dalam 1 Korintus 13:4-7. Seperti itulah kasih yang diharapkan oleh Tuhan Yesus. Sebelum mengenal Yesus, kita memang merupakan anak-anak yang masih tinggal dalam kegelapan karena kita belum mengetahui tentang kebenaran. Namun sekarang, kita adalah anak-anak kudus oleh karena pengorbanan Yesus di kayu salib. Yesus ingin kita hidup sebagai anak-anak terang di dunia ini. Terang itu bisa kita tunjukkan melalui perbuatan kita sehari-hari,yaitu perbuatan yang sesuai dengan firman Tuhan ketika kita menjalin hubungan dengan lawan jenis.
Aplikasi
1. Tuhan melarang kita memilih pacar/pasangan hidup yang tidak seiman.
2. Tujuan pacaran adalah persiapan menuju pernikahan.
Aksi
1. Bagi yang belum punya pacar: berdoalah sungguh-sungguh kepada Tuhan untuk memohon hikmat sebelum mengambil keputusan untuk berpacaran, agar kamu mempunyai motivasi yang benar.
2. Bagi yang sudah punya pacar: bersyukur untuk pacar (seiman) yangkamu miliki, belajar untuk setia dan mengasihinya dengan kasih yang murni.
3. Bertekad/berjuang untuk menjaga kekudusan hidup dan menjauhi nafsu orang muda.
2.3 Hukum Taurat ke-7 (Matius 5:27-30)
Dasar dari Hukum ketujuh “Jangan berzinah” adalah relasi kita dengan Tuhan.Relasi dengan Tuhan yang melandasi relasi kita dengan sesama.Oleh karena itu, Tuhan menuntut setiap umat-Nya untuk menghormati Dia dan hanya berbakti kepada-Nya sebagai satu-satunya Tuhan bagi hidupnya.“Cinta” harus terkait dengan “hanya memiliki satu sasaran”. Ini adalah dua hal yang tidak bisa dikompromikan. Jika seseorang mengaku mencintai Tuhan, tetapi di luar Tuhan masih ada allah yang lain, maka pasti orang itu tidak mengenal Tuhan dan tidak mengasihi Tuhan dengan sungguh. Berzinah adalah melakukan perbuatan yang melangar aturan moral.Berzinah selalu dikaitkan dengan hubungan seks yang dilakukan tanpa ada ikatan.Perbuatan zinah biasanya dikatakan bagi orang yang sudah berkeluarga namun melakukan hubungan seks dengan orang selain istri atau suami.Perzinahan adalah sebuah tindakan yang fatal karena dapat mengakibatkan keturunan hasil perzinahan. Dalam Alkitab ada tertulis, "Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barang siapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah” (Lukas 16:18).
Pada umumnya menurut pendapat orang-orang, disebut berzinah bila terlibat langsung dalam kontak fisik dengan wanita dan laki-laki yang bukan pasangannya.Namun masih terdapat bentuk perzinahan yang berhubungan dengan hati dan pemikiran. Perzinahan pikiran atau hati memang tidak melibatkan fisik secara langsung, namun melibatkan pikiran untuk berimajinasi atau membayangkan hubungan seks dengan wanita atau laki-laki lain. Dalam Matius 5:28 tertulis, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya”. Ayat diatas mengatakan berdosa atau telah berzinah bila memandang wanita dengan nafsu birahi, atau memandang dan menginginkan.Bilamana seorang memandang laki-laki atau perempuan lalu timbul hawa nafsu birahi, sudah pasti orang itu telah berpikiran yang lain-lain dalam pikirannya.
Perbuatan berzinah sangat dibenci oleh Allah. Bahkan dalam Alkitab jelaskan banyak hukuman yang akan diperoleh oleh orang-orang yang melakukan perbuatan zinah. Orang-orang yang melakukan perbuatan ini akan dihukum mati (Imamat 20:10; Ulangan 22:22). Perzinahan juga membawa dampak yang permanen dan serius (2Sam 11:1-17; 2Sam 12:14; Yer 23:10-11; 1Kor 6:16-18); dan si pezina akan menanggung malu seumur hidupnya (Ams 6:32-33). Para pezina yang tidak bertobat tidak ikut mewarisi kerajaan Allah, yaitu mereka dipisahkan dari hidup dan keselamatan Allah (1Kor 6:9; Gal 5:19-21). a. Iman dan Perzinahan (1 Korintus 6:12-20) Iman dan kekudusan harus berjalan bersama - sama, kalau kita berkata bahwa diri kita beriman maka kita harusnya hidup kudus dan untuk hidup kudus kita harus memiliki iman. Tanpa iman kita tidak bisa hidup kudus, sehingga salah satu musuh iman adalah perzinahan. Alkitab mencatat bahwa : orang yang paling pintar, orang yang paling kuat, orang yang paling dekat dengan Tuhan, jatuhnya dalam perzinahan. Dalam iman sebenarnya yang dibutuhkan adalah kuat, berhikmat dan dekat dengan Tuhan.
Dan jika kita telah memiliki ketiga hal tersebut sepertinya semuanya sudah beres. Tetapi kenyataannya justru orang yang kuat, berhikmat, dan dekat dengan Tuhan jatuhnya karena perzinahan.Simson, seseorang yang kuat, jatuhnya karena perzinahan.Padahal alkitab mencatat Simson tidak mempan terhadap serangan orang - orang Filistin. Salomo, orang yang paling berhikmat, karena sangat berhikmat dia menjadi orang yang paling kaya, tetapi jatuh juga karena perzinahan. Daud, seseorang yang dekat dengan Tuhan, bahkan dalam Kisah Rasul dikatakan bahwa Daud itu seorang yang berkenan di hati Tuhan, tetapi jatuhnya karena perzinahan.Berarti tidak ada seorangpun yang kebal terhadap perzinahan, tetapi orang yang menjauhkan diri dari perzinahan, Tuhan mampu lakukan perkara besar. Contohnya Yusuf. Jadi tidak semua orang jatuhnya dari perzinahan.
b. Factor-faktor yang Menyebabkan Timbulnya Perzinahan
1. Niat
Yusuf walaupun ada kesempatan tetapi dia tidak ada niat sehingga ketika istri Potifar menggodanya, Yusuf tidak menanggapinya.
2. Kesempatan
Walaupun mula - mula tidak ada niat tetapi jika ada kesempatan seringkali orang bisa jatuh kedalam perzinahan.Perzinahan adalah kejatuhan yang paling memurahkan nilai kekristenan.Oleh karena itu jaga hidup kita terhadap perzinahan, ingat tubuh kita sudah dibeli dengan harga yang mahal.Alkitab tidak mencatat, muliakan Tuhan dengan nyanyianmu tetapi muliakan Tuhan dengan tubuhmu.Apa artinya nyanyian dan kotbah yang bagus jika tubuh kita kotor? Apa artinya pemain musik yang hebat kalau tubuh kita kotor? Apa artinya dana yang banyak yang sudah kita berikan kepada gereja kalau tubuh kita kotor? Persembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang berkenan kepada Tuhan.Muliakan Tuhan dengan tubuhmu. Sebagai seorang Kristen yang baik, kita harus berusaha untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan Yesus.
Agar kita terhindar dari perbuatan perzinahan ini,maka kita perlu menjaga hati dan pikiran kita tetap suci karena apabila hati dan pemikiran kita dapat kita jaga sesuai dengan kehendak-Nya, pasti kita akan terhindar dari perbuatan dosa tersebut. Namun yang menjadi masalah adalah bagaimana menjaga hati dan pemikiran kita agar tetap suci? Hal ini mungkin sangat sulit dilakukan, namun percayalah bahwa dengan pimpinan Roh Kudus Allah yang tinggal di dalam hati kita masing-masing kita akan mampu untuk menghindari perbuatan tersebut.
Cara yang dapat kita lakukan untuk menghindari perbuatan dosa perzinahan ini antara lain:
a. Menyadari dan insyaf bahwa Yesus telah mati untuk dosa-dosa kita, termasuk dosa perzinahan pikiran dan tindakan secara langsung. Bawalah pikiran kita kepada Yesus yang mengasihi kita. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, pikiran kita dan mengasihi sesama manusia.
b. Bila perzinahan pikiran atau perzinahan fisik sudah terjadi, Yesus memerintahkan kita untuk segera memotong bagian tubuh yang telah membuat kita berdosa.“Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.” (Matius 5:29). Sabda Yesus ini bukanlah dalam arti harafiah. Jadi kita tidak perlu memotong leher kita bila pikiran kita sudah jorok. Maksud Yesus disana adalah ‘Ambillah tindakan drastis untuk membuang apapun yang secara alamiah akan mencobai dan membawa kita ke dalam perbuatan dosa. c. Melatih pikiran kita untuk memikirkan hal-hal yang suci, manis, mulia, seperti yang di nasehatkan oleh Filipi 4:8, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” d. Menjadikan Firman Tuhan sebagai budaya hidup dan pedoman dalam berpikir dan bertingkah laku. Ibrani mengatakan, “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita”. Dengan demikian tidak akan ada lagi kesempatan kita untuk melakukan tindakan perzinahan baik secara fisik maupun secara pemikiran dan hati, karena kita bisa belajar menyerahkan segenap pikiran kita kepada Tuhan Yesus yang telah mati untuk kita, maka pikiran kita akan suci dan hati nurani kita akan murni sebagaimana (Titus 1:15) menasehatkan, “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis”. Akhirnya kita akan sanggup berdoa seperti Raja Daud berdoa, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku (Mazmur 139:23)”. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah(Matius 5:8)”.
c. Cara Menyangkal Perzinahan
1. Menyadari siapa tubuh kita (I kor 6:19-20) Kita harus mengerti bahwa diri (tubuh) kita ini bukan milik kita sendiri, melainkan milik Kristus.Dia yang berhak atas tubuh kita ini.Dan tubuh kita adalah rumahNya.
2. Menyangkal Keinginan Daging (I Kor 9:27) Orang Kristen tidak bisa lepas dari penyangkalan diri.Inilah yg dimaksud dengan “memikul salib”.Daging ini tidak bisa dituruti, harus disangkal.Kita harus bisa berkata “tidak” kepada daging dan untuk dapat melakukan hal ini perlu latihan.
3. Mengerti Kehendak Allah Terhadap Tubuh Kita (Roma 12:1) Tuhan punya kehendak terhadap tubuh kita yaitu untuk memuliakan Dia. Tubuh adalah untuk Tuhan bukan untuk percabulan atau perzinahan (1Kor. 6:13), sebab itu mari kita jaga tubuh kita sehingga menjadi persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada-Nya.
2.4 Cinta Sekuat Maut (Kidung Agung 8:6).
Ada yang mengatakan kalau cinta itu adalah “Cerita Indah Tiada Akhir”.Ada pula yang beranggapan bahwa cinta itu seperti “angin”; tak dapat dilihat namun ada, tak dapat ditangkap namun dirasa.Ada lagi yang mengatakan kalau cinta itu seperti sepasang “Sepatu”; letaknya tak tergantikan, memiliki fungsi masing-masing, unik. Lalu apa itu cinta? Secara rasio, cinta adalah bentuk emosi kesukaan terhadap sesuatu yang sifatnya lebih halus dan dalam, yang bila bentuk emosi/kesukaan itu lebih kasar maka di sebut "nafsu" atau "ambisi". Sebagai motivasi hidup akan kita definisikan cinta sebagai"percikan kasih Ilahi dalam hati setiap insani". Cinta dalam hidup manusia adalah sebuah "kata" untuk mengomunikasikan suatu kesukaan, sedangkan cinta yang murni dan abadi hanya milik Tuhan, karena hanya Tuhan yang memiliki kesempurnaan. Tuhan telah menciptakan, memelihara, memberikan rahmat yang tiada habisnya ke seluruh alam semesta, tanpa perlu membuat "rangkaian kata cinta".Tertarik secara fisik kepada kekasih kita adalah suatu hal yang wajar. Tetapi cinta lebih dari sekedar daya Tarik fisik karena cinta melibatkan keseluruhan diri seseorang yaitu tubuh, jiwa , dan rohnya.
Cinta mencakup kepercayaan dan kesetiaan, persahabatan dan pengorbanan diri, kesabaran dan saling melayani.Cinta tidak mencari keuntungan atau kepuasan diri sendiri (1 kor 13).Cinta yang murni tetap mengikat dua kekasih, meskipun tubuh yang indah dan wajah yang tampan sudah menjadi kenangan masa lalu. Cinta yang paling agung adalah milik Tuhan. Karena sedemikian agungnya cinta Tuhan, Ia senantiasa mencintai manusia meski manusia terus berdosa dan berbuat salah. Secara nyata Tuhan mencintai manusia melalui orang-orang utusanya, para nabi.Puncak dari keagungan cinta itu adalah ketika Tuhan bersedia menghadirkan atau mengutus putraNya yang tunggal ke dunia untuk menebus dosa manusia.Dalam konteks umat Perjanjian Lama, Tuhan menunjukan kasihnya atau cintanya melalui pewartaan para nabi. Cinta Tuhan terus mengalir meski Sang Putra telah kembali kepadanya.
Cinta itu dialirkan melalui kuasa Roh Kudus yang terus menaungi dan melindungi manusia. Cinta Tuhan itu akan terus mengalir dan mengalir meski yang dicintaiNya tidak setia. Tiada kuasa apapun yang dapat menghentikan derasnya aliran cinta Tuhan.Cinta Tuhan mengatasi segala-galanya yang ada di dunia ini.Tidak ada yang dapat menandingi betapa agungnya cinta Tuhan.Cinta Tuhan itu terus melekat dalam diri masing-masing ciptaanya. Cinta itu akan terus ada. Tidak akan pernah pudar dan hilang termakan waktu.
• Cinta kuat seperti maut sebagai gambaran cinta Allah
Cinta sekuat maut merupakan anugerah dari Tuhan.Cinta sekuat maut tidak berdasarkan seksual. Cinta kuat seperti maut adalah cinta Allah akan manusia. Cinta Allah tidak akan pernah tergambarkan secara pasti seperti apadan seberapa dalam cinta Allah itu kepada manusia. Gambaran cinta Allah kepada manusia kerap kali digambarkan seperti gambaran cinta sepasang suami istri yang tak terpisahkan. Secara teori, suami istri cintanya takkan terpisahkan dan terpadamkan sampai kapanpun. Cinta itu akan terus ada sampai kapanpun. Seberapa pun besar hambatan yang ada, cinta itu akan terus ada. Namun, gambaran demikian semakin hari makin pudar.Hal ini terjadi seiring dengan kenyataan hidup yang ada saat ini.Cinta suami istri pudar begitu saja hanya karena permasalahan ekonomi atau sosial.
Cinta direduksi dalam hal-hal material atau hal-hal yang bersifat duniawi.Kesucian cinta perlahan mulai terkikis.Lalu gambaran apa yang cukup ideal untuk menggambarkan cinta Allah itu?.Dalam kitab kidung agung 8:5-7, dapat menggambarkan cinta Tuhan terhadap manusia. Cinta yang digambarkan dalam nats ini menggambarkan kekuatan cinta seperti kekuatan maut.Cinta itu takkan dapat hilang dengan berbagai halangan dan rintangan yang ada.Bahkan kekuatan yang dahsyatpun takkan dapat memadamkan dan menghanyutkan cinta itu.Hal ini sejalan dengan kekuatan maut yang takkan pernah pudar. Maut pasti akan datang dan menghampiri setiap manusia kemanapun ia menghindar dan bersembunyi. Tidak ada kekuatan apapun yang dapat mencegah datangnya maut. Cinta itu akan terus dan terus ada meski yang dicintai sudah merasa tidak mencintainya lagi. Kekuatan cinta itu akan terus ada dan ada, takkan pernah hilang.
Sampai kapanpun kekuatan cinta itu akan terus berkobar seperti nyala apa yang dasyat. Kekuatan itu akan terus bertahan sekuat maut. Kekuatan maut tidak dapat ditandingi dan tidak akan pernah hilang sampai kapanpun, terus dan akan terus ada. Takkan ada kekuatan apapun yang dapat menghalangi maut.Ia akan terus mengejar kemanapun manusia pergi. Kekuatan cinta Allah seperti kekuatan maut.Cinta kuat seperti maut itulah gambaran cinta Allah. Bahwasanya cinta Allah kepada manusia tidak akan pernah ada sudahnya. Kekuatan cinta Allah tidak akan pernah padam dan hanyut dengan kekuatan apapun yang ada. Takkan pernah ada kekuatan yang dapat menandingi kekuatan cinta Allah kepada manusia.Ia akan terus dan terus mencintai manusia meski manusia terkadang berusaha menjauh dari cinta itu.Cinta Allah tidak pernah menuntut balasan. Allah sungguh tulus mencintai manusia.
Dalam nats kidung agung 8:5-7 masih terdapat kasih yang menginginkan balasan, tetapi Allah tidak pernah menuntut apapun dari manusia. Allah senantiasa ingin menyandarkan kepalaNya di pundak manusia, namun manusia kerap kali menolaknya.Manusia dengan angkuh ingin menjauh dari cinta Allah itu. Di lain pihak, Allah terus dan terus mencintai manusia. Kekuatan cinta Allah sungguh dahsyat.Kekuatanya terus melekat dan takkan pernah bisa dipudarkan seperti maut yang telah melekat dalam diri setiap manusia. Tafsir Singkat atas Kidung Agung 8 : 5-7 Kitab Kidung Agung 8 : 5-7, memuat makna yang begitu luas dan dalam terkait dengan cinta. Dalam tiga ayat itu, dapat digali banyak makna mengenai cinta.
Dapat pula diterapkan dalam berbagai hal. Tafsir Ayat 5 Ayat ini dibuka frase yang sama dengan bab 3 : 6; “Apakah itu yang membubung dari padang gurun.” dan pada bab 8 : 5; “Siapakah dia yang muncul dari padang gurun, yang membedakan adalah mengenai hal yang dipertanyakan. Pada bab 3 : 6 yang dipertanyakan adalah “apa”nya, sedang pada bab 8 : 5 yang dipertanyakan adalah “siapa”nya. Dengan demikian yang menjadi fokus pertanyaan adalah bukan apa dan bagaimana cara tampilnya tokoh yang datang itu, melainkan siapa yang akan datang. Dengan kata lain, pertanyaan yang muncul lebih pada pertanyaan siapa subjek yang akan datang itu. Kata siapa juga menunjuk secara lebih dalam mengenai keberadaan si subjek.
Dalam artian subjek bukan hanya sebagai sebuah benda biasa (benda mati mungkin) tapi subjek adalah benda yang hidup – manusia. “Siapakah yang bersandar pada kekasihnya?”Gambaran ini menunjukkan kedekatan dan keintiman atau betapa dekat dan saling membutuhkan diantara keduanya – pasangan kekasih.Bersandar di situ merupakan terjemahan dari kata mitrappeqet yang artinya ‘bersandar dengan lemah lembut atau manja’. Bersandar dengan lemah lembut atau manja, juga dapat menunjuk pada situasi dimana ada kedekatan yang mendamaikan.Ada nuansa kepercayaan di dalamnya, yang membuat rasa nyaman dalam diri baik si gadis maupun si pemuda. “Di bawah pohon apel kubangunkan engkau”. Keterangan atau petunjuk tempat ‘di bawah pohon apel’, mengingatkan kita pada keinginan si gadis untuk berteduh dibawah pohon tersebut (bab 2 : 3). Namun dalam ayat ini, menjadi tempat di mana si gadis membangunkan si pemuda.Yang menjadi sebuah pertanyaan adalah makna di bawah pohon.Apakah itu harus diartikan demikian atau diartikan sebagai sebuah simbol atas suatu hal tertentu.
Jika diterjemahkan sebagaimana adanya, kita akan lebih mudah memahaminya. Di bawah pohon berarti sedang berlindung dari panas terik atau berlindung dari suatu hal yang lain. Namun jika diterjemahkan sebagai sebuah simbol, simbol apakah itu?Yang dapat ditafsirkan adalah bahwa di bawah pohon menjadi tempat untuk memadu kasih.Tempat yang nyaman untuk bercengkrama karena keteduhanya. Masalah selanjutnya adalah apa makna dari kata “kubangunkan” atau “membangunkan”. Kata “membangunkan” di sini bukan menunjuk pada suatu tindakan membangunkan dari tidur.Kata membangunkan lebih diartikan sebagai suatu bentuk membuta seseorang manjadi “sadar” (bdk. Mal 2 : 12). Hal itu memiliki maksud agar orang selalu berjaga-jaga.“Ibumu mengandung dan melahirkan engkau”. Frasa ini, jika digabungkan dengan frase sebelumnya sebenarnya akan terasa susah untuk ditafsirkan. Alasanya adalah bagaimana dapat dipahami bahwa seorang ibu mengandung dan melahirkan di tempat terbuka yaitu di bawah pohon. Lalu apa maksud dari frase ini? Dapat ditarik makna yang intensif di sini dalam mana yang menjadi penekanan adalah nilai hubungan antara ibu dan anak.
Dapat diberi makna pula bahwa si gadis manyadarkan si pemuda bahwa ia dikandung dan dilahirkan oleh seorang perempuan. Ia harus tau bahwa ia lahir dari seorang perempuan yang penuh pergumulan dan karena itu ia harus menghormati perempuan. Tafsir Ayat 6a-b Dalama ayat 6a, wanita mengungkapkan cintanya dengan pernyataan: “Tarulah aku seperti materai pada hatima, seperti materai pada lenganmu”. Dalam penghayatan iman israel, materai (hotham, “cincin materai”, dipakai 13 kali dalam Perjanjian Lama) adalah metafora bagi pendelegasian kekuasaan atau kepemilikan (bdk. 1 Raj 2 : 1-8). Materai juga dapat menunjuk pada suatu yang sakral dan suci. Sebagai contoh adalah apa yang tertulis dalam Yesaya 29 : 11, bahwa semua firman Tuhan yang dimateraikan oleh Allah tidak dapat dibaca oleh sembarangan orang sebab materai Allah tersebut menjaga kerahasiaan kitab tersebut.
Materai adalah sesuatu yang manjadi tanda bahwa seseorang telah dikuasai atau dimiliki satu pihak dan karena itu tertutup terhadap campur tangan pihak lain. Dengan dmikian, materai memberikan suatu makna adanya ikatan yang sangat erat antara dua belah pihak yang dimateraikan dan yang memateraikan. Ada suatu ikatan yang tak terpisahkan . “Taruhlah aku seperti materai pada hatimu, seperti materai pada lenganmu”.Hati dan lengan menjadi metafora yang mengekspresikan tempat yang paling istimewa dan terlindungi.Metafor ini ingin menunjukan bahwa ada kerinduan bahwa dirinya (si gadis) ingin “dimiliki” di dalam hatinya dan lengannya – si pemuda.Hal ini menunjukan bagian diri yang internal dan sangat pribadi. Dalam artia bahwa si gadis telah dimiliki dan dikuasai oleh si pemuda sehingga tertutup untuk campur tangan pihak lain. “Hati” adalah letak cinta kasih. Dengan hati manusia dapat saling mengasihi satu sama lain. Tanpa ada peranan hati atau suara hati yang ada maka tak mungkin terjalin hubungan cinta kasih antar manusia.“Lengan” adalah letak kekuatan.Lengan pada hakikatnya juga ingin menunjukan bagian diri yang eksternal, sehingga dapat dibaca dan dikenali oleh publik atau masyarakat luas.
Dengan menyebut hati dan lengan, si gadis ingin mendapatkan tempat yang istimewa dalam pikiran dan tindakan pemuda yang dicintainya.Karena cinta bukan hanya berkaitan dengan hal-hal internal (pikiran), namun berkaitan pula dengan yang eksternal (tindakan).Karena cinta adalah misteri yang tersimpan dalam hati namun nampak nyata dalam tindakan dan tingkah laku. “Karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati.”Kata “karena” sama dengan kasus yang terdapat dalam bab 1 : 2. Bahwa kata itu bukanlah sebuah kausalitas, melainkan sebuah bentuk penegasan, sehingga dapat diterjemahkan; “Sungguh, bahwa cinta kuat seperti maut”. Kata Ibrani yang menggambarkan kekuatan cinta di sini adalah ‘azzah (berasal dari ‘az; artinya kuat atau kejam). Karena sedemikian kuatnya tak seorang pun dapat mengatasi kekuatan cinta.Kekuatan yang sedemikian itu, yang kemudian mebuat cinta disejajarkan dengan kekuatan maut yang juga tak ada seorangpun dapat mengatasinya.
Di lain pihak, “maut” dan “dunia orang mati” (sheol), sebenarnya merupakan ungkapan teologis untuk menggambarkan keadaan yang kelam dan keterputusan total dengan dunia orang yang hidup. Namun keadaan kelam dan menakutkan itu justru dipakai oleh si gadis secara positif.Sebagaimana telah disinggung sebelumya bahwa kekuatan cinta itu tak dapat dibendung oleh siapa pun.Tidak ada seorangpun yang dapat menghindar dari cinta ketika berhadapan dengan lawan jenisnya, demikian pula takkan ada seorangpun yang dapat menahanya ketika maut itu datang. Cinta akan terus mengejar kemanapun orang menghindar, sama halnya dengan maut ia akan terus mengejar kemanapun orang menghindar. Kekuatan cinta akan terus ada dan tak pernah pudar dimakan waktu. Tafsir Ayat 6c-7 “Nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api Tuhan. Air yang banyak tidak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkanya”.
Di sini cinta digambarkan secara lebih mendalam lagi, bahwa “Nyalanya seperti nyala api Tuhan”. Numun demikian ada sedikit perdebatan soal terjamahan TUHAN dalam ayat ini. Sebab pada teks aslinya tidak ada kata TUHAN di sana. Kata TUHAN muncul dalam terjemahan karena adanya interpretasi atas akhiran ‘yah’ dalam ayat ini yang dianggap oleh para ahli sebagai petunjuk tentang nama TUHAN. Nyala api TUHAN, juga dapat dipahami sebagai nyala api yang dasyat. Nyala api yang dasyat itu adalah sebuah gambaran nyala api yang tidak pernah terpadamkan. Nyala api yang nyalanya sungguh luar biasa. Yang menarik di sini adalah bahwa terjemahan BIS-LAI yang melihat akhiran ini sebagai bentuk intensif: “Nyalanya seperti nyala api yang berkobar dengan dasyat”. Bentuk intensif ini diperjelas dengan pernyataan selanjutnya: “Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkanya”. Maka kita dapat membuat sebuah pengertian bahwa memang nyala api yang dasyat itu tidak akan mudah untuk dipadamkan dan bahkan tidak akan pernah bisa dipadamkan. Sekalipun air yang banyak mengguyurnya dan air sungai yang deras datang menerpanya, api itu takkan pernah padam. “Air yang banyak tidak dapat memadamkan cinta.Ungkapan air yang banyak adalah satu ungkapan simbolik yang banyak digunakan dalam perjanjian lama.
Berdasar pada pendapat para ahli, “air yang banyak” adalah ungkapan yang menjadi simbol kekuatan yang memusihi TUHAN dan umatnya (bdk. Hab 3 : 13-15; Mzm 89 : 11). Bagaimanapun besarnya air itu, tidak akan mampu memadamkan cinta si gadis kepada si pemuda. Dengan kata lain, apapun dan seberapapun besarnya tantangan yang ada tidak akan mampu memudarkan dan melenyapkan cinta si gadis. Seberapa besar kekuatan rintangan yang ada tidak akan mampu memadamkan kobaran api cinta si gadis. “Sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya”.Bentuk jamak dari ‘sungai’ yang dipakai di sini dimaksudkan untuk menunjukan air yang banyak, sejalan dengan bagian sebelumnya. Sungai-sungai juga dapat diartikan sebagai banjir yang sama halnya dengan air yang banyak, menjadi simbol atau metafor yang digunakan dalam Perjanjian Lama untuk menunjuk kekuatan yang mengancam dan tak dapat dikendalikan. Namun, dengan segala kekuatan yang mengancam itu, sampai kapanpun cinta tidak dapat dihanyutkan dan dipadamkan.Segala rintangan yang ada tidak mampu memadamkan dan menghanyutkan gelora cinta si gadis kepada si pemuda.Api cinta yang sudah ada tidak akan dapat dipadamkan lagi. Cinta sekuat maut yang seksual adalah cinta yang demi keuntungan tersendiri. Cinta yang akan pudar setelah mencapai keinginan tersendiri. Hal ini dapat digambarkan dalam kisah Amnon dan Tamar (II Sam 13:1-22).
Ada yang mengatakan kalau cinta itu adalah “Cerita Indah Tiada Akhir”.Ada pula yang beranggapan bahwa cinta itu seperti “angin”; tak dapat dilihat namun ada, tak dapat ditangkap namun dirasa.Ada lagi yang mengatakan kalau cinta itu seperti sepasang “Sepatu”; letaknya tak tergantikan, memiliki fungsi masing-masing, unik. Lalu apa itu cinta? Secara rasio, cinta adalah bentuk emosi kesukaan terhadap sesuatu yang sifatnya lebih halus dan dalam, yang bila bentuk emosi/kesukaan itu lebih kasar maka di sebut "nafsu" atau "ambisi". Sebagai motivasi hidup akan kita definisikan cinta sebagai"percikan kasih Ilahi dalam hati setiap insani". Cinta dalam hidup manusia adalah sebuah "kata" untuk mengomunikasikan suatu kesukaan, sedangkan cinta yang murni dan abadi hanya milik Tuhan, karena hanya Tuhan yang memiliki kesempurnaan. Tuhan telah menciptakan, memelihara, memberikan rahmat yang tiada habisnya ke seluruh alam semesta, tanpa perlu membuat "rangkaian kata cinta".Tertarik secara fisik kepada kekasih kita adalah suatu hal yang wajar. Tetapi cinta lebih dari sekedar daya Tarik fisik karena cinta melibatkan keseluruhan diri seseorang yaitu tubuh, jiwa , dan rohnya.
Cinta mencakup kepercayaan dan kesetiaan, persahabatan dan pengorbanan diri, kesabaran dan saling melayani.Cinta tidak mencari keuntungan atau kepuasan diri sendiri (1 kor 13).Cinta yang murni tetap mengikat dua kekasih, meskipun tubuh yang indah dan wajah yang tampan sudah menjadi kenangan masa lalu. Cinta yang paling agung adalah milik Tuhan. Karena sedemikian agungnya cinta Tuhan, Ia senantiasa mencintai manusia meski manusia terus berdosa dan berbuat salah. Secara nyata Tuhan mencintai manusia melalui orang-orang utusanya, para nabi.Puncak dari keagungan cinta itu adalah ketika Tuhan bersedia menghadirkan atau mengutus putraNya yang tunggal ke dunia untuk menebus dosa manusia.Dalam konteks umat Perjanjian Lama, Tuhan menunjukan kasihnya atau cintanya melalui pewartaan para nabi. Cinta Tuhan terus mengalir meski Sang Putra telah kembali kepadanya.
Cinta itu dialirkan melalui kuasa Roh Kudus yang terus menaungi dan melindungi manusia. Cinta Tuhan itu akan terus mengalir dan mengalir meski yang dicintaiNya tidak setia. Tiada kuasa apapun yang dapat menghentikan derasnya aliran cinta Tuhan.Cinta Tuhan mengatasi segala-galanya yang ada di dunia ini.Tidak ada yang dapat menandingi betapa agungnya cinta Tuhan.Cinta Tuhan itu terus melekat dalam diri masing-masing ciptaanya. Cinta itu akan terus ada. Tidak akan pernah pudar dan hilang termakan waktu.
• Cinta kuat seperti maut sebagai gambaran cinta Allah
Cinta sekuat maut merupakan anugerah dari Tuhan.Cinta sekuat maut tidak berdasarkan seksual. Cinta kuat seperti maut adalah cinta Allah akan manusia. Cinta Allah tidak akan pernah tergambarkan secara pasti seperti apadan seberapa dalam cinta Allah itu kepada manusia. Gambaran cinta Allah kepada manusia kerap kali digambarkan seperti gambaran cinta sepasang suami istri yang tak terpisahkan. Secara teori, suami istri cintanya takkan terpisahkan dan terpadamkan sampai kapanpun. Cinta itu akan terus ada sampai kapanpun. Seberapa pun besar hambatan yang ada, cinta itu akan terus ada. Namun, gambaran demikian semakin hari makin pudar.Hal ini terjadi seiring dengan kenyataan hidup yang ada saat ini.Cinta suami istri pudar begitu saja hanya karena permasalahan ekonomi atau sosial.
Cinta direduksi dalam hal-hal material atau hal-hal yang bersifat duniawi.Kesucian cinta perlahan mulai terkikis.Lalu gambaran apa yang cukup ideal untuk menggambarkan cinta Allah itu?.Dalam kitab kidung agung 8:5-7, dapat menggambarkan cinta Tuhan terhadap manusia. Cinta yang digambarkan dalam nats ini menggambarkan kekuatan cinta seperti kekuatan maut.Cinta itu takkan dapat hilang dengan berbagai halangan dan rintangan yang ada.Bahkan kekuatan yang dahsyatpun takkan dapat memadamkan dan menghanyutkan cinta itu.Hal ini sejalan dengan kekuatan maut yang takkan pernah pudar. Maut pasti akan datang dan menghampiri setiap manusia kemanapun ia menghindar dan bersembunyi. Tidak ada kekuatan apapun yang dapat mencegah datangnya maut. Cinta itu akan terus dan terus ada meski yang dicintai sudah merasa tidak mencintainya lagi. Kekuatan cinta itu akan terus ada dan ada, takkan pernah hilang.
Sampai kapanpun kekuatan cinta itu akan terus berkobar seperti nyala apa yang dasyat. Kekuatan itu akan terus bertahan sekuat maut. Kekuatan maut tidak dapat ditandingi dan tidak akan pernah hilang sampai kapanpun, terus dan akan terus ada. Takkan ada kekuatan apapun yang dapat menghalangi maut.Ia akan terus mengejar kemanapun manusia pergi. Kekuatan cinta Allah seperti kekuatan maut.Cinta kuat seperti maut itulah gambaran cinta Allah. Bahwasanya cinta Allah kepada manusia tidak akan pernah ada sudahnya. Kekuatan cinta Allah tidak akan pernah padam dan hanyut dengan kekuatan apapun yang ada. Takkan pernah ada kekuatan yang dapat menandingi kekuatan cinta Allah kepada manusia.Ia akan terus dan terus mencintai manusia meski manusia terkadang berusaha menjauh dari cinta itu.Cinta Allah tidak pernah menuntut balasan. Allah sungguh tulus mencintai manusia.
Dalam nats kidung agung 8:5-7 masih terdapat kasih yang menginginkan balasan, tetapi Allah tidak pernah menuntut apapun dari manusia. Allah senantiasa ingin menyandarkan kepalaNya di pundak manusia, namun manusia kerap kali menolaknya.Manusia dengan angkuh ingin menjauh dari cinta Allah itu. Di lain pihak, Allah terus dan terus mencintai manusia. Kekuatan cinta Allah sungguh dahsyat.Kekuatanya terus melekat dan takkan pernah bisa dipudarkan seperti maut yang telah melekat dalam diri setiap manusia. Tafsir Singkat atas Kidung Agung 8 : 5-7 Kitab Kidung Agung 8 : 5-7, memuat makna yang begitu luas dan dalam terkait dengan cinta. Dalam tiga ayat itu, dapat digali banyak makna mengenai cinta.
Dapat pula diterapkan dalam berbagai hal. Tafsir Ayat 5 Ayat ini dibuka frase yang sama dengan bab 3 : 6; “Apakah itu yang membubung dari padang gurun.” dan pada bab 8 : 5; “Siapakah dia yang muncul dari padang gurun, yang membedakan adalah mengenai hal yang dipertanyakan. Pada bab 3 : 6 yang dipertanyakan adalah “apa”nya, sedang pada bab 8 : 5 yang dipertanyakan adalah “siapa”nya. Dengan demikian yang menjadi fokus pertanyaan adalah bukan apa dan bagaimana cara tampilnya tokoh yang datang itu, melainkan siapa yang akan datang. Dengan kata lain, pertanyaan yang muncul lebih pada pertanyaan siapa subjek yang akan datang itu. Kata siapa juga menunjuk secara lebih dalam mengenai keberadaan si subjek.
Dalam artian subjek bukan hanya sebagai sebuah benda biasa (benda mati mungkin) tapi subjek adalah benda yang hidup – manusia. “Siapakah yang bersandar pada kekasihnya?”Gambaran ini menunjukkan kedekatan dan keintiman atau betapa dekat dan saling membutuhkan diantara keduanya – pasangan kekasih.Bersandar di situ merupakan terjemahan dari kata mitrappeqet yang artinya ‘bersandar dengan lemah lembut atau manja’. Bersandar dengan lemah lembut atau manja, juga dapat menunjuk pada situasi dimana ada kedekatan yang mendamaikan.Ada nuansa kepercayaan di dalamnya, yang membuat rasa nyaman dalam diri baik si gadis maupun si pemuda. “Di bawah pohon apel kubangunkan engkau”. Keterangan atau petunjuk tempat ‘di bawah pohon apel’, mengingatkan kita pada keinginan si gadis untuk berteduh dibawah pohon tersebut (bab 2 : 3). Namun dalam ayat ini, menjadi tempat di mana si gadis membangunkan si pemuda.Yang menjadi sebuah pertanyaan adalah makna di bawah pohon.Apakah itu harus diartikan demikian atau diartikan sebagai sebuah simbol atas suatu hal tertentu.
Jika diterjemahkan sebagaimana adanya, kita akan lebih mudah memahaminya. Di bawah pohon berarti sedang berlindung dari panas terik atau berlindung dari suatu hal yang lain. Namun jika diterjemahkan sebagai sebuah simbol, simbol apakah itu?Yang dapat ditafsirkan adalah bahwa di bawah pohon menjadi tempat untuk memadu kasih.Tempat yang nyaman untuk bercengkrama karena keteduhanya. Masalah selanjutnya adalah apa makna dari kata “kubangunkan” atau “membangunkan”. Kata “membangunkan” di sini bukan menunjuk pada suatu tindakan membangunkan dari tidur.Kata membangunkan lebih diartikan sebagai suatu bentuk membuta seseorang manjadi “sadar” (bdk. Mal 2 : 12). Hal itu memiliki maksud agar orang selalu berjaga-jaga.“Ibumu mengandung dan melahirkan engkau”. Frasa ini, jika digabungkan dengan frase sebelumnya sebenarnya akan terasa susah untuk ditafsirkan. Alasanya adalah bagaimana dapat dipahami bahwa seorang ibu mengandung dan melahirkan di tempat terbuka yaitu di bawah pohon. Lalu apa maksud dari frase ini? Dapat ditarik makna yang intensif di sini dalam mana yang menjadi penekanan adalah nilai hubungan antara ibu dan anak.
Dapat diberi makna pula bahwa si gadis manyadarkan si pemuda bahwa ia dikandung dan dilahirkan oleh seorang perempuan. Ia harus tau bahwa ia lahir dari seorang perempuan yang penuh pergumulan dan karena itu ia harus menghormati perempuan. Tafsir Ayat 6a-b Dalama ayat 6a, wanita mengungkapkan cintanya dengan pernyataan: “Tarulah aku seperti materai pada hatima, seperti materai pada lenganmu”. Dalam penghayatan iman israel, materai (hotham, “cincin materai”, dipakai 13 kali dalam Perjanjian Lama) adalah metafora bagi pendelegasian kekuasaan atau kepemilikan (bdk. 1 Raj 2 : 1-8). Materai juga dapat menunjuk pada suatu yang sakral dan suci. Sebagai contoh adalah apa yang tertulis dalam Yesaya 29 : 11, bahwa semua firman Tuhan yang dimateraikan oleh Allah tidak dapat dibaca oleh sembarangan orang sebab materai Allah tersebut menjaga kerahasiaan kitab tersebut.
Materai adalah sesuatu yang manjadi tanda bahwa seseorang telah dikuasai atau dimiliki satu pihak dan karena itu tertutup terhadap campur tangan pihak lain. Dengan dmikian, materai memberikan suatu makna adanya ikatan yang sangat erat antara dua belah pihak yang dimateraikan dan yang memateraikan. Ada suatu ikatan yang tak terpisahkan . “Taruhlah aku seperti materai pada hatimu, seperti materai pada lenganmu”.Hati dan lengan menjadi metafora yang mengekspresikan tempat yang paling istimewa dan terlindungi.Metafor ini ingin menunjukan bahwa ada kerinduan bahwa dirinya (si gadis) ingin “dimiliki” di dalam hatinya dan lengannya – si pemuda.Hal ini menunjukan bagian diri yang internal dan sangat pribadi. Dalam artia bahwa si gadis telah dimiliki dan dikuasai oleh si pemuda sehingga tertutup untuk campur tangan pihak lain. “Hati” adalah letak cinta kasih. Dengan hati manusia dapat saling mengasihi satu sama lain. Tanpa ada peranan hati atau suara hati yang ada maka tak mungkin terjalin hubungan cinta kasih antar manusia.“Lengan” adalah letak kekuatan.Lengan pada hakikatnya juga ingin menunjukan bagian diri yang eksternal, sehingga dapat dibaca dan dikenali oleh publik atau masyarakat luas.
Dengan menyebut hati dan lengan, si gadis ingin mendapatkan tempat yang istimewa dalam pikiran dan tindakan pemuda yang dicintainya.Karena cinta bukan hanya berkaitan dengan hal-hal internal (pikiran), namun berkaitan pula dengan yang eksternal (tindakan).Karena cinta adalah misteri yang tersimpan dalam hati namun nampak nyata dalam tindakan dan tingkah laku. “Karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati.”Kata “karena” sama dengan kasus yang terdapat dalam bab 1 : 2. Bahwa kata itu bukanlah sebuah kausalitas, melainkan sebuah bentuk penegasan, sehingga dapat diterjemahkan; “Sungguh, bahwa cinta kuat seperti maut”. Kata Ibrani yang menggambarkan kekuatan cinta di sini adalah ‘azzah (berasal dari ‘az; artinya kuat atau kejam). Karena sedemikian kuatnya tak seorang pun dapat mengatasi kekuatan cinta.Kekuatan yang sedemikian itu, yang kemudian mebuat cinta disejajarkan dengan kekuatan maut yang juga tak ada seorangpun dapat mengatasinya.
Di lain pihak, “maut” dan “dunia orang mati” (sheol), sebenarnya merupakan ungkapan teologis untuk menggambarkan keadaan yang kelam dan keterputusan total dengan dunia orang yang hidup. Namun keadaan kelam dan menakutkan itu justru dipakai oleh si gadis secara positif.Sebagaimana telah disinggung sebelumya bahwa kekuatan cinta itu tak dapat dibendung oleh siapa pun.Tidak ada seorangpun yang dapat menghindar dari cinta ketika berhadapan dengan lawan jenisnya, demikian pula takkan ada seorangpun yang dapat menahanya ketika maut itu datang. Cinta akan terus mengejar kemanapun orang menghindar, sama halnya dengan maut ia akan terus mengejar kemanapun orang menghindar. Kekuatan cinta akan terus ada dan tak pernah pudar dimakan waktu. Tafsir Ayat 6c-7 “Nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api Tuhan. Air yang banyak tidak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkanya”.
Di sini cinta digambarkan secara lebih mendalam lagi, bahwa “Nyalanya seperti nyala api Tuhan”. Numun demikian ada sedikit perdebatan soal terjamahan TUHAN dalam ayat ini. Sebab pada teks aslinya tidak ada kata TUHAN di sana. Kata TUHAN muncul dalam terjemahan karena adanya interpretasi atas akhiran ‘yah’ dalam ayat ini yang dianggap oleh para ahli sebagai petunjuk tentang nama TUHAN. Nyala api TUHAN, juga dapat dipahami sebagai nyala api yang dasyat. Nyala api yang dasyat itu adalah sebuah gambaran nyala api yang tidak pernah terpadamkan. Nyala api yang nyalanya sungguh luar biasa. Yang menarik di sini adalah bahwa terjemahan BIS-LAI yang melihat akhiran ini sebagai bentuk intensif: “Nyalanya seperti nyala api yang berkobar dengan dasyat”. Bentuk intensif ini diperjelas dengan pernyataan selanjutnya: “Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkanya”. Maka kita dapat membuat sebuah pengertian bahwa memang nyala api yang dasyat itu tidak akan mudah untuk dipadamkan dan bahkan tidak akan pernah bisa dipadamkan. Sekalipun air yang banyak mengguyurnya dan air sungai yang deras datang menerpanya, api itu takkan pernah padam. “Air yang banyak tidak dapat memadamkan cinta.Ungkapan air yang banyak adalah satu ungkapan simbolik yang banyak digunakan dalam perjanjian lama.
Berdasar pada pendapat para ahli, “air yang banyak” adalah ungkapan yang menjadi simbol kekuatan yang memusihi TUHAN dan umatnya (bdk. Hab 3 : 13-15; Mzm 89 : 11). Bagaimanapun besarnya air itu, tidak akan mampu memadamkan cinta si gadis kepada si pemuda. Dengan kata lain, apapun dan seberapapun besarnya tantangan yang ada tidak akan mampu memudarkan dan melenyapkan cinta si gadis. Seberapa besar kekuatan rintangan yang ada tidak akan mampu memadamkan kobaran api cinta si gadis. “Sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya”.Bentuk jamak dari ‘sungai’ yang dipakai di sini dimaksudkan untuk menunjukan air yang banyak, sejalan dengan bagian sebelumnya. Sungai-sungai juga dapat diartikan sebagai banjir yang sama halnya dengan air yang banyak, menjadi simbol atau metafor yang digunakan dalam Perjanjian Lama untuk menunjuk kekuatan yang mengancam dan tak dapat dikendalikan. Namun, dengan segala kekuatan yang mengancam itu, sampai kapanpun cinta tidak dapat dihanyutkan dan dipadamkan.Segala rintangan yang ada tidak mampu memadamkan dan menghanyutkan gelora cinta si gadis kepada si pemuda.Api cinta yang sudah ada tidak akan dapat dipadamkan lagi. Cinta sekuat maut yang seksual adalah cinta yang demi keuntungan tersendiri. Cinta yang akan pudar setelah mencapai keinginan tersendiri. Hal ini dapat digambarkan dalam kisah Amnon dan Tamar (II Sam 13:1-22).
2.5. Patah Hati
"TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya." Mazmur 34:19. Anak-anak muda Kristen bahkan anak muda pada umumnya mengalami masalah. Masalah yang mereka hadapi sama yaitu perihal putus cinta, diduakan cintanya atau diselingkuhi pacar, ditolak pacar, status hubungan yang tidak jelas dan sebagainya.
Kebanyakan dari mereka patah hati, sakit hati, terluka, kecewa, sedih berlarut-larut, mengurung diri di kamar berhari-hari, sulit melupakan pacar karena sudah terlanjur sayang.Ini membawa dampak yang sangat buruk, tidak konsentrasi belajar, nilai-nilai di sekolah terjun bebas, kuliah berantakan dan aktivitas-aktivitas lain pun menjadi terganggu termasuk dalam hal kerohanian.
Rata-rata dari mereka berkata, "Hidupku tidak ada artinya lagi.Tuhan tidak sayang padaku." Galau meliputi hati mereka!.Banyak para pemuda yang menempuh berbagai cara untuk melupakan rasa sakit hatinya. Sayang, sedikit dari mereka yang menempuh jalan yang benar kebanyakan justru melakukan tindakan-tindakan yang negatif.Ada yang menumpahkan segala kekesalan hati melalui twitter/facebook dengan kata-kata yang kasar dan kurang pantas.Bahkan banyak pula yang malah lari kepada rokok, mabuk-mabukan, 'dugem', bahkan ada yang sampai mengkonsumsi obat-obat terlarang.
Haruskah anak-anak muda Kristen mengikuti cara-cara yang salah seperti yang ditempuh oleh anak-anak dunia dalam mengatasi luka-luka hatinya? Masalah yang ada tidak seharusnya membuat kita give up dan kian terpuruk. Seburuk apa pun situasinya, kita harus tetap move on! Bagaimana caranya?.Mendekatkan diri kepada Tuhan melalui doa dan sediakan waktu untuk membaca dan merenungkan firmanNya. Firman Tuhan menyatakan bahwa Tuhan itu sangat dekat dengan orang-orang yang patah hati.Artinya Tuhan tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita sendirian melewati pergumulan yang berat itu.Dia mengerti dan mempedulikan kita.Oleh karena itu jangan terfokus pada masalah yang ada, tapi arahkan mata kepada Tuhan."TUHAN itu baik, Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan, Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya." Nahum 1:7
2.6. Pasangan Sepadan
Dalam kehidupan kita sebagai orang muda, terdapat satu hal yang tak terelakkan yaitu Jatuh Cinta. Hal ini adalah hal yang bisa membuat kita merasa senang, sedih, semangat, putus asa, kecewa, dan berbagai hal yang lain. Dunia kita yang tadinya tenang dan damai, tiba-tiba saja bergoncang dan tidak akan pernah sama lagi karena kehadirannya. Tidak bertemu sesaat saja rasanya sudah seperti ribuan tahun menunggu.Bila teringat dirinya rasanya terasa sesak.Ribuan rasa terasa memenuhi rongga dada.Itulah cinta. Sungguh mengherankan bukan, satu kejadian ini saja bisa menjungkir-balikkan isi dunia kita. Akan tetapi, sesungguhnya hal ini sudah dicatat di waktu yang lampau oleh raja Salomo dalam Kidung Agung 8:6B, “….karena cinta kuat seperti maut…” Ya itulah cinta yang membuat seorang ibu rela menahan sakit karena harus melahirkan anak yang telah dikandungnya selama 9 bulan dengan susah payah, yang membuat seorang ayah bekerja mati-matian untuk menghidupi keluarganya; dan yang membuat seseorang rela melakukan banyak hal yang begitu luar biasa untuk seseorang yang dikasihinya. Semua atas nama cinta.
Pasangan Sepadan Mencintai berarti mengharapkan yang terbaik untuk orang yang dicintai.Bisa mencintai adalah suatu anugerah yang besar, karena tidak sedikit orang yang telah kehilangan kemampuan untuk mencintai.Mencintai berarti membuka diri untuk terluka.Terdapat resiko besar untuk terluka saat kita mencintai. Saat kita mencintai, hati kita begitu rentan karena kita memberi suatu akses pada orang yang kita cintai untuk melukainya.Akan tetapi jangan pernah menyerah untuk mencintai.Saat hati kita masih bisa merasa (apapun rasa itu), berarti kita masih hidup dan hidup yang penuh warna terlebih bernilai daripada hidup yang hanya satu warna dan hampa. Karena begitu besarnya resiko yang harus ditempuh saat kita mencintai, marilah kita bijaksana.Memang cinta dapat timbul sewaktu-waktu tanpa dapat dicegah.Tetapi membiarkan cinta tumbuh atau membunuhnya saat cinta itu masih dangkal, itu adalah suatu keputusan.Semoga kita memilih orang yang tepat saat kita membiarkan cinta itu tumbuh.
Pertanyaannya adalah, siapakah orang yang tepat itu? Alkitab setidaknya mencatat ada satu hal mendasar yang dapat menjadi pedoman kita dalam memilih siapakah kiranya orang yang tepat untuk kita biarkan menjadi ladang penyemaian cinta kita: Roma 12:2, “ Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Hal yang ingin saya garis bawahi di sini adalah mulai dari kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Dari sana timbullah pertanyaan lain: Apa yang baik? Apa yang berkenan kepada Allah? Apa yang sempurna di mata Allah? Mari kita kupas satu persatu. 1. Apa yang baik? Hal ini dapat kita lihat pada 2 Korintus 6:14, ” Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan?Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”Di sini artinya adalah hendaknya kita berpasangan dengan orang yang seiman.Permasalahan iman adalah permasalahan pribadi yang tidak dapat dipaksakan.
Masalah iman adalah masalah hak asasi manusia.Akan tetapi cinta yang mengarah pada kehidupan pernikahan adalah suatu bentuk persatuan Roh, dan bukan semata persatuan daging.Pernikahan dilandasi oleh cinta namun tidak cukup hanya dengan cinta, terutama sangat dibutuhkan peran pihak ketiga, yaitu Kristus. Sebuah kapal dengan dua nahkoda akan sulit sekali untuk berlayar. 2. Apa yang berkenan kepada Allah? Hal ini dapat dilihat pada Kejadian 2:18, ” Tuhan Allah berfirman: Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”Pertanyaan berikutnya adalah seperti apakah penolong yang sepadan itu?Sepadan dalam Alkitab dianalogikan sebagai kuk pada 2 ekor sapi yang digunakan untuk membajak lahan.
Bila kuk tersebut tidak sama berat, maka akan timbul berat sebelah yang akhirnya tidak akan memungkinkan untuk 2 ekor sapi tersebut untuk maju secara bersamaan untuk membajak lahan tersebut. Bila dikembalikan pada konteks pasangan hidup, pasangan hidup yang sepadan adalah pasangan hidup yang memungkinkan untuk bersama-sama menjalani hidup dengan sebaik mungkin. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana ukuran kesepadanan itu? Kesepadanan dapat dilihat dari:
a. Kapasitas rohani (seberapa banyak pasangan dan diri kita telah mengalami Tuhan dalam hidupnya).
b. Wawasan/ pola pikir yang akan sangat dipengaruhi latar belakang, pendidikan, pengalaman, dan kehidupannya.
c. Memiliki misi dan visi yang diarahkan kepada Tuhan.
d. Memiliki kedewasaan psikologis untuk berkomitmen. Pasangan yang sepadan adalah pasangan yang memiliki empat dimensi tersebut dengan kadar yang kurang lebih sama (tidak terlalu jauh). Ingat prinsip kuk: bila salah satu terlalu berat dan satu terlalu ringan, maka sapi tidak bisa jalan beriringan.
3. Setelah berjalan beriringan, pertanyaannya apakah kehendak Tuhan yang sempurna?
Hal ini dapat dilihat dalam Matius 11:29-30, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun ringan.” Penekanannya adalah pada kata pikullah kuk dan ringan.Pasangan yang sempurna adalah yang telah memenuhi kehendak Tuhan yang baik dan yang berkenan, dan yang dapat membuat menjadi ringan saat menunaikan tujuan Allah bagi kita (memikul kuk). Lalu selain ketiga hal tersebut, apa ciri-ciri dia pasangan hidup yang tepat?:
1. Bersamanya kita mengalami damai sejahtera.
2. Kita semakin maju dalam pekerjaan, pelayanan, dan kehidupan sosial kita.
3. Kita semakin dekat dengan Tuhan.
Jadi, pasangan sepadan bukan berarti sama persis, hobi, watak, karakter, makanan atau minuman kesukaan yang sama, mirip wajahnya, dan lain-lain yang dianggap memiliki kesamaan. Tetapi pasangan hidup yang sepadan sesuai dengan standart Allah (2 Korintus 6:14-15) :
a) Seiman
Kita harus memiliki iman yang sama yaitu iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Alkitab melarang dengan keras kita memilih pasangan di luar Kristus karena terang tidak bisa bersatu dengan gelap.Tidak ada istilah spekulasi dalam hal ini. Kita tidak dapat seolah-olah bersifat seperti seorang ‘pahlawan’ yang akan menobatkan pasangan kita.
b) Seimbang
Bukan berarti bahwa segalanya harus sama, tetapi seimbang berarti kita dapat mengikuti jalan pikiran dan tindakan pasangan kita (sama-sama bisa melayani dan menggenapi rencana Tuhan dalam hidup mereka).
c) Sevisi
Berarti kita memiliki visi yang sama dengan pasangan kita yaitu untuk memuliakan Tuhan. Visi yang sama tidak berarti melayani atau memiliki panggilan dalam bidang yang sama, tetapi bersifat saling mendukung untuk mendukung suatu visi yang dapat dicapai dengan kerjasama di antara mereka.
2.6. Pasangan Sepadan
Dalam kehidupan kita sebagai orang muda, terdapat satu hal yang tak terelakkan yaitu Jatuh Cinta. Hal ini adalah hal yang bisa membuat kita merasa senang, sedih, semangat, putus asa, kecewa, dan berbagai hal yang lain. Dunia kita yang tadinya tenang dan damai, tiba-tiba saja bergoncang dan tidak akan pernah sama lagi karena kehadirannya. Tidak bertemu sesaat saja rasanya sudah seperti ribuan tahun menunggu.Bila teringat dirinya rasanya terasa sesak.Ribuan rasa terasa memenuhi rongga dada.Itulah cinta. Sungguh mengherankan bukan, satu kejadian ini saja bisa menjungkir-balikkan isi dunia kita. Akan tetapi, sesungguhnya hal ini sudah dicatat di waktu yang lampau oleh raja Salomo dalam Kidung Agung 8:6B, “….karena cinta kuat seperti maut…” Ya itulah cinta yang membuat seorang ibu rela menahan sakit karena harus melahirkan anak yang telah dikandungnya selama 9 bulan dengan susah payah, yang membuat seorang ayah bekerja mati-matian untuk menghidupi keluarganya; dan yang membuat seseorang rela melakukan banyak hal yang begitu luar biasa untuk seseorang yang dikasihinya. Semua atas nama cinta.
Pasangan Sepadan Mencintai berarti mengharapkan yang terbaik untuk orang yang dicintai.Bisa mencintai adalah suatu anugerah yang besar, karena tidak sedikit orang yang telah kehilangan kemampuan untuk mencintai.Mencintai berarti membuka diri untuk terluka.Terdapat resiko besar untuk terluka saat kita mencintai. Saat kita mencintai, hati kita begitu rentan karena kita memberi suatu akses pada orang yang kita cintai untuk melukainya.Akan tetapi jangan pernah menyerah untuk mencintai.Saat hati kita masih bisa merasa (apapun rasa itu), berarti kita masih hidup dan hidup yang penuh warna terlebih bernilai daripada hidup yang hanya satu warna dan hampa. Karena begitu besarnya resiko yang harus ditempuh saat kita mencintai, marilah kita bijaksana.Memang cinta dapat timbul sewaktu-waktu tanpa dapat dicegah.Tetapi membiarkan cinta tumbuh atau membunuhnya saat cinta itu masih dangkal, itu adalah suatu keputusan.Semoga kita memilih orang yang tepat saat kita membiarkan cinta itu tumbuh.
Pertanyaannya adalah, siapakah orang yang tepat itu? Alkitab setidaknya mencatat ada satu hal mendasar yang dapat menjadi pedoman kita dalam memilih siapakah kiranya orang yang tepat untuk kita biarkan menjadi ladang penyemaian cinta kita: Roma 12:2, “ Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Hal yang ingin saya garis bawahi di sini adalah mulai dari kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Dari sana timbullah pertanyaan lain: Apa yang baik? Apa yang berkenan kepada Allah? Apa yang sempurna di mata Allah? Mari kita kupas satu persatu. 1. Apa yang baik? Hal ini dapat kita lihat pada 2 Korintus 6:14, ” Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan?Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”Di sini artinya adalah hendaknya kita berpasangan dengan orang yang seiman.Permasalahan iman adalah permasalahan pribadi yang tidak dapat dipaksakan.
Masalah iman adalah masalah hak asasi manusia.Akan tetapi cinta yang mengarah pada kehidupan pernikahan adalah suatu bentuk persatuan Roh, dan bukan semata persatuan daging.Pernikahan dilandasi oleh cinta namun tidak cukup hanya dengan cinta, terutama sangat dibutuhkan peran pihak ketiga, yaitu Kristus. Sebuah kapal dengan dua nahkoda akan sulit sekali untuk berlayar. 2. Apa yang berkenan kepada Allah? Hal ini dapat dilihat pada Kejadian 2:18, ” Tuhan Allah berfirman: Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”Pertanyaan berikutnya adalah seperti apakah penolong yang sepadan itu?Sepadan dalam Alkitab dianalogikan sebagai kuk pada 2 ekor sapi yang digunakan untuk membajak lahan.
Bila kuk tersebut tidak sama berat, maka akan timbul berat sebelah yang akhirnya tidak akan memungkinkan untuk 2 ekor sapi tersebut untuk maju secara bersamaan untuk membajak lahan tersebut. Bila dikembalikan pada konteks pasangan hidup, pasangan hidup yang sepadan adalah pasangan hidup yang memungkinkan untuk bersama-sama menjalani hidup dengan sebaik mungkin. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana ukuran kesepadanan itu? Kesepadanan dapat dilihat dari:
a. Kapasitas rohani (seberapa banyak pasangan dan diri kita telah mengalami Tuhan dalam hidupnya).
b. Wawasan/ pola pikir yang akan sangat dipengaruhi latar belakang, pendidikan, pengalaman, dan kehidupannya.
c. Memiliki misi dan visi yang diarahkan kepada Tuhan.
d. Memiliki kedewasaan psikologis untuk berkomitmen. Pasangan yang sepadan adalah pasangan yang memiliki empat dimensi tersebut dengan kadar yang kurang lebih sama (tidak terlalu jauh). Ingat prinsip kuk: bila salah satu terlalu berat dan satu terlalu ringan, maka sapi tidak bisa jalan beriringan.
3. Setelah berjalan beriringan, pertanyaannya apakah kehendak Tuhan yang sempurna?
Hal ini dapat dilihat dalam Matius 11:29-30, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun ringan.” Penekanannya adalah pada kata pikullah kuk dan ringan.Pasangan yang sempurna adalah yang telah memenuhi kehendak Tuhan yang baik dan yang berkenan, dan yang dapat membuat menjadi ringan saat menunaikan tujuan Allah bagi kita (memikul kuk). Lalu selain ketiga hal tersebut, apa ciri-ciri dia pasangan hidup yang tepat?:
1. Bersamanya kita mengalami damai sejahtera.
2. Kita semakin maju dalam pekerjaan, pelayanan, dan kehidupan sosial kita.
3. Kita semakin dekat dengan Tuhan.
Jadi, pasangan sepadan bukan berarti sama persis, hobi, watak, karakter, makanan atau minuman kesukaan yang sama, mirip wajahnya, dan lain-lain yang dianggap memiliki kesamaan. Tetapi pasangan hidup yang sepadan sesuai dengan standart Allah (2 Korintus 6:14-15) :
a) Seiman
Kita harus memiliki iman yang sama yaitu iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Alkitab melarang dengan keras kita memilih pasangan di luar Kristus karena terang tidak bisa bersatu dengan gelap.Tidak ada istilah spekulasi dalam hal ini. Kita tidak dapat seolah-olah bersifat seperti seorang ‘pahlawan’ yang akan menobatkan pasangan kita.
b) Seimbang
Bukan berarti bahwa segalanya harus sama, tetapi seimbang berarti kita dapat mengikuti jalan pikiran dan tindakan pasangan kita (sama-sama bisa melayani dan menggenapi rencana Tuhan dalam hidup mereka).
c) Sevisi
Berarti kita memiliki visi yang sama dengan pasangan kita yaitu untuk memuliakan Tuhan. Visi yang sama tidak berarti melayani atau memiliki panggilan dalam bidang yang sama, tetapi bersifat saling mendukung untuk mendukung suatu visi yang dapat dicapai dengan kerjasama di antara mereka.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis, seorang remaja harus mengetahui terlebih bagaimana kasih Allah sebagai pencipta manusia. Ketika remaja pada masanya kurang bimbingan dan kurang terarah maka hawa nafsu bisa terjadi.Dan bukan hanya di dunia remja saja hal ini terjadi, hawa nafsu kepada lawan jenis yang tidak sah yaitu suatu perzinahan dalam rumah tangga contohnya perselingkuhan.Berzinah selalu dikaitkan dengan hubungan seks yang dilakukan tanpa ada ikatan.Perbuatan zinah biasanya dikatakan bagi orang yang sudah berkeluarga namun melakukan hubungan seks dengan orang selain istri atau suami.
Dalam menjalani suatu hubungan pasti ada cinta. Cinta adalah bentuk emosi kesukaan terhadap sesuatu yang sifatnya lebih halus dan dalam, yang bila bentuk emosi/kesukaan itu lebih kasar maka di sebut "nafsu" atau "ambisi". Tuhan Yesus mengajarkan kita agar mengasihi dan pernikahan adalah suatu anugerah, rencana Allah dengan tujuan memperoleh keturunan dan menjalin persahabatan sejati. Oleh karena itu betapa pentingnya kestabilan pernikahan bagi perkembangan anak agar tumbuh sehat dan utuh.Kesepadanan dalam pernikahan adalah hal yang sangat penting.Sepadan itu memiliki makna bahwa mereka pasangan yang seiman. Dan hal yang penting adalah tanda-tanda itu hanya muncul oleh karena tuntunan Roh Kudus bukan karena diusahakan sendiri.
Dalam menjalani suatu hubungan pasti ada cinta. Cinta adalah bentuk emosi kesukaan terhadap sesuatu yang sifatnya lebih halus dan dalam, yang bila bentuk emosi/kesukaan itu lebih kasar maka di sebut "nafsu" atau "ambisi". Tuhan Yesus mengajarkan kita agar mengasihi dan pernikahan adalah suatu anugerah, rencana Allah dengan tujuan memperoleh keturunan dan menjalin persahabatan sejati. Oleh karena itu betapa pentingnya kestabilan pernikahan bagi perkembangan anak agar tumbuh sehat dan utuh.Kesepadanan dalam pernikahan adalah hal yang sangat penting.Sepadan itu memiliki makna bahwa mereka pasangan yang seiman. Dan hal yang penting adalah tanda-tanda itu hanya muncul oleh karena tuntunan Roh Kudus bukan karena diusahakan sendiri.
1.2 Saran
Melalui makalah kita mungkin sudah banyak mengetahui yang mana hitam dan putih.Bagaimana menjaga kekudusan yang diberikan Allah kepada kita.Dan berdoa agar Allah menuntun kita kepada orang pilihan Allah.Kami berharap agar pembaca bukan hanya membaca makalah kami, tetapi juga mengerjakannya.Kerjakanlah kehendak Allah.Karena selain dari itu semua adalah pekerjaan iblis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar